Advertorial
Intisari-online.com -Membuka sejarah, perlu diingat jika Jepang adalah penyebab Korea pecah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara.
Salah satu wilayah jajahan Jepang dalam Restorasi Meiji mereka adalah China dan Korea.
China berhasil membebaskan diri seperti Indonesia, sedangkan Korea kurang beruntung.
Akibatnya saat kekalahan Jepang di Perang Dunia II, wilayah jajahannya yang belum dimerdekakan harus dibagi dua wilayah untuk negara pemenang, yaitu Rusia dan Amerika Serikat.
Itulah sebabnya sentimen dua negara Korea dengan Jepang terbilang tinggi sampai sekarang.
Mereka masih menyimpan dendam atas penjajahan yang kejam.
Sehingga di Korea Utara, program nuklir salah satunya dikembangkan untuk mengalahkan Jepang atau negara yang akan menjajah Korea Utara lain.
Kini giliran Jepang yang ketakutan atas program tersebut.
Baca Juga: 9 Negara Paling Korup di Dunia, Salah Satunya Korea Utara, Apakah Termasuk Indonesia?
Sampai-sampai rupanya pada minggu lalu, Menteri Luar Negeri Toshimitsu Motegi mengatakan Jepang mempertahankan dialog dengan Korea Utara.
Tujuannya adalah untuk menyelesaikan masalah lama tentang pengembangan nuklir dan misilnya.
Termasuk, mempertahankan dialog tentang warga Jepang yang diculik oleh agen Korea Utara beberapa dekade lalu.
"Baik mantan Perdana Menteri (Shinzo) Abe dan Perdana Menteri (Yoshihide) Suga telah mengatakan, mereka siap untuk mengadakan pembicaraan tatap muka dengan Pemimpin (Korea Utara) Kim Jong Un," kata Motegi.
"Kami melakukan berbagai komunikasi di belakang layar dengan Korea Utara, tidak hanya melalui kedutaan besar kami di Beijing, tetapi juga melalui rute lain," ujarnya, Senin (16/11), seperti dikutip Reuters.
Hanya, Motegi tidak menjelaskan lebih lanjut soal Jepang mempertahankan dialog dengan Korea Utara tersebut. (*)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Termasuk soal nuklir, Jepang lakukan komunikasi di belakang layar dengan Korea Utara"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini