Advertorial
Intisari-Online.com - Xanana Gusmao dikenal sebagai salah satu tokoh pejuang kemerdekaan Timor Leste.
Kemudian ia menjadi presiden Timor Leste, juga perdana menteri negara tersebut.
Sosok ini pernah menjadi perbincangan masyarakat Indonesia beberapa saat setelah Presiden ke-3 RI B.J Habibie meninggal dunia.
Xanana Gusmao muncul dalam sebuah video singkat saat menjenguk Habibie di rumah sakit.
Tak sekadar menjenguk, Xanana Gusmao yang merupakan mantan Perdana Menteri Timor Leste ini terlihat menggenggam tangan Habibie, bahkan mencium keningnya.
Mereka terlihat memiliki hubungan baik dan dekat.
Di balik kedekatan yang tergambar dalam video, terdapat cerita tersendiri di antara keduanya sebagai tokoh dari dua negara berbeda.
Seperti diketahui, Timor Leste adalah bagian dari Indonesia yang kemudian mengadakan referendum pada 20 Agustus 1999 untuk memisahkan diri dan membentuk negara merdeka.
Baca Juga: Cuma Gunakan Sayuran Ini Bisa Hilangkan Uban dan Rambut Jadi Lebih Kuat, Begini Cara Pakainya
Xanana Gusmao adalah salah satu tokoh pemberontakan, tokoh pejuang kemerdekaan Timor Timur, dan Habibie adalah presiden yang memimpin Indonesia ketika gejolak terjadi.
Melihat kembali artikel lama Harian Kompas edisi 7 Januari 1993, Xanana bahkan diketahui sebagai pimpinan Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) Fretilin yang telah melakukan pemberontakan selama belasan tahun.
Namun, secara hukum Xanana ketika itu tidak disebut sebagai pelaku subversi atau pemberontak yang bergerak secara diam-diam dan terstruktur.
Padahal, para demonstran yang melakukan aksi pada 1991 di Dili saat itu beberapa diantaranya diadili dan dikenai dakwaan melakukan tindakan subversif.
"Demonstrasi itu hanya mencuatnya atau wujudnya saja. Kalau yang diajukan tempo hari, memang seolah-olah orang demonstrasi kok subversi. Tetapi, sebenarnya ada gerakan bawah tanah, mereka melakukan kegiatan subversi. Kita harus hati-hati melihat masalahnya," kata Jaksa Agung ketika itu bernama Singgih.
Lalu mengapa Xanana bisa terbebas dari dakwaan itu?
Jawabannya, karena cara perlawanan yang dilakukan oleh Xanana bersifat terang-terangan, ia juga membawa senjata api dalam perlawanannya tanpa sembunyi-sembunyi.
“Memang dia telah belasan tahun melakukan pemberontakan. Tapi itu dilakukan secara terang-terangan, sebagaimana pernah dilakukan oleh Soumokil (RMS) dan Kahar Muzakkar,” ujar Agung.
Meskipun demikian, ia tetap dikenai dugaan melakukan perbuatan makar karena ingin memisahkan sebagian wilayah negara dengan ancaman hukuman maksimal seumur hidup atau penjara sementara selama 20 tahun.
Sementara untuk tindakan yang tergolong subversif sebagaimana dikenakan pada para demonstran tadi, hukuman maksimal dapat berupa hukuman mati.
Xanana pernah dipenjara selama 6 tahun setelah tertangkap pada 1992, kemudian ia dipindahkan menjadi tahanan rumah di sebuah rumah khusus menyusul kesiapan presiden Habibie menyelenggarakan referendum yang akhirnya dimenangi oleh kelompok pro-kemerdekaan.
Baca Juga: Peduli Tubuhmu; 7 Tanda Tubuh Jelas Anda Makan Terlalu Banyak Garam
Sebanyak 78 persen masyarakat Timor Timur memilih untuk membentuk negara sendiri dan lepas dari Indonesia.
Timor Timur pun berubah nama menjadi Republik Demokratis Timor Leste dan mendapatkan status sebagai negaea independen pada tahun 2002.
Xanana langsung menjadi Presiden ketika itu dan menjabat selama 5 tahun, sejak 2002-2007.
Selanjutnya, ia menjabat Perdana Menteri Timor Leste dari 2007-2015.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kedekatan Xanana Gusmao dan Habibie, Dianggap Makar hingga Referendum
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari