"Jika China satu-satunya pilihan, tampaknya itu akan diambil oleh para pemimpin Timor Leste," katanya.
Sementara itu, Xanana Gusmao, yang menjadi tokoh berpengaruh di Timor Leste, masih menggunakan sebagian besar dana perminyakan untuk membayar Tasi Mane.
Hal itu dilakukan jika tidak mendapat pendanaan dari negara lain atau sektor swasta.
Ini menjadi perhatian khusus, karena sekitar 90% anggaran tahunan Timor Leste didanai oleh perminyakan dan pada gilirannya memperoleh pendapatan dari ladang Bayu-Undan.
Tetapi Bayu-Undan semakin berkurang dan diperkirakan tahun 2030 ladang itu akan mengering, dan membuat keuangan publiknya berada di bawah tekanan eksistensial.
China bisa menjadi satu-satunya pilihan yang mungkin diambil oleh Timor Leste, meskipun langkah ini dinilai sangat mengkhawatirkan.
Fidelis Magelhaens, Menteri Reformasi Legislatif dan Urusan Parlemen dan pejabat Menteri Urusan Ekonomi, mengatakan, "negaranya siap menyambut semua pihak yang datang, untuk proyek Tasi Mane."
"Mengenai China, tentu saja dia bisa menjadi mitra, tetapi keputusan diambil didasarkan pada keuntungan finansial," katanya.
Ditanya soal apakah prihatin dengan pengaruh China, mereka mengatakan, "Perhatian utama adalah keuntungan politik dan sosial di Timor Leste."
"Australia juga negara kaya, mereka harus berbuat banyak di Timor Leste," ungkapnya.
Bayu Dwi Mardana Kusuma
Artikel ini telah tayang di Fotokita.id dengan judul "Bantah Nyesal Pisah dari Indonesia, Timor Leste Akhirnya Berani Pilih Negara Ini Buat Garap Mega Proyek, Australia Kebakaran Jenggot"
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR