Advertorial
Intisari-Online.com - Pada hari Selasa tanggal 4 Agusus 2020, ibukota Lebanon, Beirut, dilanda dua ledakan besar pada waktu petang.
Akibatnya, ratusan orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Ada yang megatakan bahwa ledakan itu berasal dari gudang yang dipenuhiamonium nitrat.
Hingga saat ini, warga Lebanon masih berjuang menyelesaikan masalah akibat dua ledakan itu.
Seperti membangun kembali rumah mereka yang hancur hingga pulih dari rasa traumatis.
Namun belum diberi jeda, terjadi ledakan lain di Lebanon.
Dilansir dari dailymail.co.uk pada Rabu (23/9/2020), sebuah ledakan terjadidi atas gudang senjata yang dicurigai milik Hizbullah.
Di mana beberapa orang dikhawatirkan terluka.
Sama seperti ledakan pada bulan Agustus kemarin, ledakan baru ini juga menyebabkan asap hitam terlihat di atas Lebanon.
Pasca ledakan, anggotaHizbullah disebutkan mengepung lokasi ledakan setelah kebakaran terjadi di desa Ain Qana.
Lokasi ini berjarak 30 mil selatan Beirut yang hancur akibat bencana pelabuhan bulan lalu.
Seorang saksi mata di dekat desa mengatakan mereka merasakan tanah berguncang.
Sementara rekaman di TV Lebanon menunjukkan pria berjalan di atas tanah hangus yang dipenuhi puing-puing.
Kerusakan terlihat di sebuah rumah yang berdekatan di mana lantainya tertutup kaca dan apa yang tampak seperti genangan darah, dengan api masih menyala di lokasi ledakan.
Seorang pejabat keamanan Lebanon mengatakan ledakan itu terjadi di sebuah gudang senjata.
Dia menjelaskan bahwaledakan itu terjadi di 'pusat Hizbullah yang berisi amunisi' di pinggiran desa.
Penduduk mengatakan ambulans telah membawa beberapa orang yang terluka.
Sementara Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan kerusakan material tidak terlalu banyak yang terbatas.
Setelah memeriksa kondisi, sumber keamanan setempatmengatakan ledakan hari ini disebabkan oleh 'kesalahan teknis'.
Ada beberapa orang yang mengalami cedera. Namun pihakHizbullah belum memastikan jumlah korban.
Hizbullah sendiri merupakan orang-orang dibalikpemerintah Lebanon dalam beberapa tahun terakhir.
Mereka juga didukung oleh Iran dengan senjata lengkap.
Ketika ledakan di Beirut pada bulan lalu,Hizbullah mendapat kritikan karena tidak cepat menanggapi krisis.
Hizbullah sendiri dilaporkan telah berperang melawan Israel selama sebulan pada tahun 2006.
Saat itu, mereka juga telah didukung oleh Iran dan diperkirakan telah mengumpulkan puluhan ribu roket dan rudal.
Jika pada ledakan di Beirut, militer Israel menolak tegas mereka bertanggung jawab, maka pada insiden inimenolak mengomentari ledakan terbaru.
Tapi Amerika Serikat (AS) menaruh curiga padaHizbullah.
AS mengklaim bahwa kelompok tersebut memiliki simpanan bahan peledak di Yunani, Italia dan Spanyol.
Senjata yang dituduhkan termasuk pasokan amonium nitrat, bahan kimia penyebabledakan besar di Beirut.