Advertorial
Intisari-Online.com - Sekitar 156 negara telah bergabung dengan skema global untuk distribusi yang adil dari vaksin masa depan melawan Covid-19.
Aliansi ini, yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada hari Senin, tetapi negara adidaya China dan Amerika Serikat tidak mendaftar.
Dilansir dari SCMP, Selasa (22/9), pemerintah Presiden AS Donald Trump telah mengamankan pasokan di masa depan melalui kesepakatan bilateral, yang memicu tuduhan perilaku egois yang merugikan negara-negara miskin.
China, tempat virus korona pertama kali dilaporkan, juga tidak ada dalam daftar 64 negara kaya yang bergabung dengan apa yang disebut rencana Covax untuk mengirimkan 2 miliar dosis vaksin ke seluruh dunia pada akhir 2021, dengan memprioritaskan petugas kesehatan dan mereka yang rentan.
Tetapi pejabat aliansi mengatakan dialog dilanjutkan dengan Beijing.
Skema tersebut akan mencakup sekitar dua pertiga dari populasi dunia, menurut aliansi vaksin WHO dan GAVI, yang menerbitkan daftar penandatangan setelah batas waktu untuk komitmen mengikat berakhir pada hari Jumat.
Lusinan vaksin sedang dalam pengujian untuk virus corona yang telah menginfeksi sekitar 31 juta orang di seluruh dunia dan membunuh hampir 1 juta, seperlima dari mereka di Amerika Serikat.
“Covax akan memberikan kepada dunia portofolio kandidat vaksin terbesar dan paling beragam,” Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada briefing virtual.
“Ini bukan amal, ini untuk kepentingan terbaik setiap negara."
"Kami tenggelam atau berenang bersama… Ini bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan, ini adalah hal yang cerdas untuk dilakukan. ”
Dengan beberapa negara kaya yang enggan menggunakan Covax, rencana tersebut telah menyoroti tantangan untuk mendistribusikan vaksin secara adil di seluruh dunia kaya dan miskin.
Aliansi vaksin mengatakan pihaknya mengharapkan 38 negara kaya lainnya inisiatif untuk bergabung dalam beberapa hari mendatang.
Dikatakan telah menerima komitmen sebesar US $ 1,4 miliar untuk penelitian dan pengembangan vaksin, tetapi US $ 700 juta hingga US $ 800 juta sangat dibutuhkan.
Aliansi tersebut tidak mengatakan negara mana yang menyediakan dana sementara tidak berencana untuk mengambil pasokan vaksin dari skema tersebut.
Prancis dan Jerman mengatakan mereka akan mencari potensi tembakan hanya melalui skema pengadaan bersama Eropa.
Lebih dari 150 vaksin potensial sedang dikembangkan dan diuji secara global, dengan 38 diujicobakan pada manusia.
Baca Juga: Sebanyak 14 Peti Mati Kuno Berusia 2500 Tahun Ditemukan di Mesir, Begini Penampakannya
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari