Advertorial

Kabar Merger, Grab Disebut Lebih Butuh Gojek untuk Bertahan Karena Alasan Ini

None
Wahyu Subyanto

Tim Redaksi

Kabar merger Gojek dan Grab makin menguat, seiring beratnya kondisi keduanya akibat pandemi Covid-19.
Kabar merger Gojek dan Grab makin menguat, seiring beratnya kondisi keduanya akibat pandemi Covid-19.

Intisari-online.com- Di tengah pandemi Covid-19, muncul isu merger antara Gojek dan Grab.

Bergulirnya isu liar ini diduga kuat akibat kondisi SoftBank sebagai pemegang saham mayoritas Grab yang sedang tertekan.

Investasi SoftBank di banyak startup rugi besar.

Pada tahun fiskal 2019 kerugian SoftBank mencapai US$ 17,7 miliar (sekitar Rp 261 triliun).

Kerugian itu diderita Vision Fund, venture capital milik SoftBank, setelah melakukan hapus buku nilai investasi di WeWork dan termasuk Uber Technologies Inc.

Baca Juga:Pendiri AirAsia Sedang Bikin SuperApp Pesaing Grab dan GoJek, di Asia Tenggara

"Kegagalan investasi di WeWork paling fatal," ujar Poltak Hotradero, Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam keterangannya, Minggu (20/9).

Lebih lanjut Poltak mengungkapkan, di masa pandemi Covid-19 ini laju bisnis perusahaan investasi milik Softbank mengalami banyak tekanan.

Apalagi hampir sebagian besar investasi SoftBank berada di sektor jasa transportasi dan logistik yang terkena imbas langsung Covid-19.

Situasi semakin rumit lantaran adanya komitmen Grab terkait akuisisi saham Uber di Asia beberapa waktu lalu.

Halaman berikutnya >>>

Artikel Terkait