Advertorial

Bikin Milisi Timor Leste Kocar-Kacir, Petinggi Kopassus Ini Nekat Menyusup ke Timor Leste Pimpin Pasukan Rahasia Kopassus dengan Berkedok Anak Kuliahan Sedang KKN

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Salah satunya adalah aksi penyamarannya ketika menyusup ke Timor Leste, yang dilakukan Kolonel Inf Dading Kalbuadi.
Salah satunya adalah aksi penyamarannya ketika menyusup ke Timor Leste, yang dilakukan Kolonel Inf Dading Kalbuadi.

Intisari-online.com - Banyak sekali aksi Kopassus yang berhasil mebuat masyarakat Indonesia berdecak kacum dengan kehebatannnya.

Salah satunya adalah aksi penyamarannya ketika menyusup ke Timor Leste, yang dilakukan Kolonel Inf Dading Kalbuadi.

Seperti mengutip dari Tribun Medan, Kolonel Inf Dading Kalbuadi menjadi komandan penting dalam operasi Seroja di Timor Timur kala itu.

Dading menjadi komandan tim RPKAD atau Kopassus yang menyusup ke Timor Timur sebelum operasi militer dilancarkan.

Baca Juga: Singkirkan Kopassus dari Daftar Pasukan Khusus Terbaik di Dunia, LRR Filipina Pernah Berdandan Bak Rombongan Pengantin Demi Ringkus 'Target Tingkat Tinggi', Satu Orang Pura-pura Hamil Demi Sembunyikan Senapan

Kisah penyusupan Dading bersama pasukannya tersebut dikisahkan oleh Hendro Subroto.

Ini merupakan salah satu kemampuan infiltrasi Kopassus, masuk ke wilayah musuh tanpa terdeteksi oleh lawan.

Ketika itu Militer Indonesia (ABRI), berencana akan melakukan operasi militer ke Timor Timur, demi mendukung rakyatnya berintegrasi dengan RI.

Langkah pertaa yang dilakukan Indonesia adalah melancarkan operasi intelijen terlebih dahulu.

Baca Juga: Israel Akhirnya Luluh Izinkan AS Jual Jet Tempur F-35 pada UAE, Tapi Liciknya, F-35 yang Dijual pada UAE Tak Akan Seistimewa Milik Israel

Untuk melancarkan operasi itu, Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) mendirikan semacam markas, di Motaain, Belu NTT, untuk membentuk jaringan dengan kelompok pro integrasi yang ada di Timor-Timor.

Petinggi Bakin mengendalikan operasi intelijen di Motaain, adalah ketiika G-1/Intelijen Hankam, Mayjen Benny Moerdani.

Pada saat itulah Mayjen Benny Moerdani menyusupkan personel intelijennya.

Para personel Kopassus tergabung dalam tim kecil yang dinamakan tim Nanggala.

Tim kecil itu berada di bawah organisasi (military order) pasukan Sandiyudha (Kopassandha).

Sejak saat itu operasi Sandiyudha dalam tim-tim kecil diberi nama Sandi Nanggala, tim tersebut menggunakan senjata non-organik AK-47.

Baca Juga: Inspeksi Pelabuhan, Siapa Sangka Tentara Lebanon Masih Saja Temukan Lebih Banyak Bahan Peledak, Kali Ini Penyimpanannya Bikin Geleng-geleng Kepala

Dalam berbagai pertempuran selain AK-47 tim Naggala 2 menggunakan RL atau Rocket Launcher.

Satu di antara tim Kopassanda yang dikirim yakni tim Naggala 2 dari Grup 2 Sandi Yudha.

Sepanjang aksinya mereka dikenal dengan julukan The Blue Jeans Souldier, karena mereka menggenakan jeans dan pakaian yang sama sekali tidak seperti pasuka Kopassus.

Selama di medan perang mereka menggunakan pakaian sipil, untuk menyembunyikan identitas mereka, dan menggunakan topi koboi yang khas di Timor Timur.

Personel itu dipimpin oleh Danding Kalbuadi, yang merupakan komandan pasukan elit, Grup 2 Para Komando (Parako) atau Komando Pasukan Sandi Yuda (Kopassanda).

Tugasnya adalah masuk ke wilayah musuh, tanpa menunjukkan identitasnya, sekitar 250 personel masuk menyamar sebagai mahasiswa KKN.

Baca Juga: Buat Timor Leste Nyaris Kehilangan Satu-satunya Harapan Keluar dari Kemiskinan, Skandal Penyadapan Intelijen Australia Malah Diminta Dilupakan Begitu Saja oleh Penerus Xanana Gusmao Ini

Semua senjata yang dibawanya disamarkan ke dalam karung dan dibubuhi tulisan alat-alat pertanian.

Tugas utama mereka adalah menyusup, kemudian membentuk basis gerilya, mereka juga masuk ke hutan dan ikut memburu milisi Fretilin yang melarikan diri.

Gaya bertempur mereka terkesan sangar, hanya kenakan kaos oblong dan celana jeans, mereka melaksanakan tugas militer hingga pertempuran.

Mereka melakukan perlawanan secara gerilya melancarkan serangan kepada Fretilin.

Kisah pasukan The Bule Jeans Souldier ini dikulik dalam buku Hendro Subroto berjudul Operasi Udara di Timor Timur yang diterbitkan tahun 2005.

Artikel Terkait