Advertorial

Saat Main Biliar Tegur Presiden Soeharto Perihal Bisnis Keluarga Cendana hingga Jabatannya sebagai Panglima ABRI Dicabut, Benny Moerdani: 'Saya Tidak Pernah Kehilangan Kesetiaan Padanya!'

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Lengsernya Soeharto menjadi satu peristiwa yang menandakan titik balik sejarah Bangsa Indonesia.

Mundurnya Soeharto dari kursi kepresidenan menjadi akhir dari masa Orde Baru dan awal dari masa reformasi.

Dalam sejarahnya, ada berbagai peristiwa yang menyertai lengsernya kepemimpinan Soeharto.

Mulai dari demo besar-besaran hingga kerusuhan sosial 1998 yang terpaksa merenggut ribuan nyawa tak berdosa kala itu.

Baca Juga: Sosok Presiden Pertama Timor Leste, Pemain Sepak Bola yang Akhirnya Blusukan di Hutan Menentang Senjata Lawan Tentara Indonesia

Namun, di balik mundurnya Soeharto dan kerusuhan kala itu, siapa sangka presiden yang dijuluki sebagai Bapak Pembangunan itu sempat mendapat teguran sebelumnya.

Teguran tersebut datang dari orang kepercayaan Soeharto sendiri.

Dilansir dari Surya, disebutkan Soeharto menyesal telah mengabaikan teguran dari panglima ABRI kepercayaannya, Benny Moerdani.

Soeharto mengakui penyesalannya itu saat menjenguk Benny di Rumah Sakit RSPAD, Jakarta pada 2004 silam.

Baca Juga: 'Ramalan' 25 Tahun Lalu dari Soeharto, Sudah Diprediksi Nasib Indonesia Tahun 2020 Hancur Jika Hal Ini Dilakukan, Pesan untuk Bangsa Saat Ini

Bukan tanpa sebab, Soeharto mengabaikan teguran orang kepercayaannya itu.

Melansir dari buku 'Benny Moerdani Yang Belum Terungkap' dan 'Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan' kara Julius Pour, teguran iti dilontarkan Benny pada tahun 1984.

Benny berani menegur junjungannya lantaran sejumlah menteri merasa riasu dengan anak-anak Soeharto yang sudah tumbuh dewasa.

Mereka risau karena anak-anak Soeharto mulai berbisnis tapi dengan memanfaatkan kekuasaan bapaknya.

Baca Juga: 3 Kali Menikah Sampai Makan Hati Ditipu Rp 2 Triliun oleh Mantan Suami, Begini Nasib Cucu Soeharto yang Satu Ini Sekarang

Benny memberanikan diri menegur Soeharto saat ia memiliki kesempatan bermain biliar dengan sang presiden.

Kala itu ia mengingatkan soal bisnis anak-anak Soeharto yang sudah merambah ke mana-mana dan terkesan memonopoli.

Disebutkan kala itu bisnis keluarga cendana bahkan merambah ke soal pembelian alutsista yang seharusnya ditangani pemerintah dan ABRI.

Soeharto tidak terima dengan teguran Benny yang dianggap sangat kurang ajar, dan setelah itu hubungan keduanya memburuk.

Baca Juga: Data Ungkap Bahwa Pria Lebih Suka dan Bahagia Menjalin Hubungan Bersama Perempuan Bertubuh Berisi, Ini Alasannya!

Entah ada hubungannya atau tidak dengan teguran tersebut, tak lama kemudian Benny Moerdani dicopot dari jabantannya sebagai Panglima ABRI.

20 tahun sejak insiden peneguran itu, tepatnya di bulan Agustus 2004, Soeharto menjenguk Benny yang sedang sakit keras.

Di depan Benny, Soeharto terang-terangan mengakui bahwa teguran yang pernah dilontarkan Benny pada 1984 ternyata benar.

Akibat bisnis anak-anaknya yang ikut memicu krisis ekonomi dan kemarahan rakyat terhadap keluarga Soeharto, pada 21 Mei 1998, kekuasaan Soeharto pun tumbang.

Baca Juga: Resmi! Pembangkang Putin Terbukti Diracuni Novichok, Racun Saraf Paling Mematikan Sejagat, Bikin Korban Ambruk dalam 30 Detik! Ini Gejalanya!

Memburuknya hubungan Soeharto dan Benny Moerdani setelah teguran itu dilontarkan, juga pernah diceritakan oleh Luhut Panjaitan.

Luhut Panjaitan yang pernah menjadi golden boys atau anak emas Benny Moerdani di lingkungan ABRI, memberanikan diri menanyakan kabar itu kepada Benny.

“Saya datangi kantor beliau, dan menanyakan kepada Pak Benny, rumor yang beredar di luar bahwa beliau sudah “jauh” dari Pak Harto,” tulis Luhut dikutip dari laman Facebooknya, Senin (22/7/2019).

Kepada Luhut, Benny mengakui insiden tersebut dan kondisinya setelah kemarahan Soeharto.

Baca Juga: Jadi 'Sarang' Perekrutan Mata-mata China di AS? Akhir Tahun Ini Semua Pusat Budaya China di AS Akan Ditutup!

“Benar itu Luhut..!” kata Benny terus terang kepada Luhut.

Benny Moerdani menjelaskan bahwa Presiden Soeharto marah kepadanya, ketika dengan cara halus mencoba mengingatkan bisnis yang dijalankan oleh putra-putrinya yang sudah kelewat batas.

“Pak Harto lalu tiba-tiba meletakkan stik biliar dan masuk kamar. Sejak itu, Benny Moerdani tidak pernah dekat dengan Presidennya,” kata Luhut.

Meski begitu, Luhut juga mengingat ucapan Benny saat itu soal loyalitas terhadap Soeharto yang tak pernah berubah.

“Tetapi asal kamu tahu ya Luhut. Apapun sikap beliau, saya tidak pernah kehilangan kesetiaan saya kepadanya…!” ucap Benny kepada Luhut.

Baca Juga: Mantapkan Diri sebagai Kekuatan Global Terkemuka pada 2049, China Gandakan 200 Lebih Hulu Ledak dalam 10 Tahun, AS Kalah Telak?

Pasca lengser dari kepemimpinannya, Soeharto tetap menjadi sosok yang terus disorot.

Diberitakan Tribun Jatim, 32 tahun memimpin Indonesia, Soeharto bukanlah sosok yang dibilang biasa saja.

Ada sisi lain Soeharto yang menarik untuk dikulik kembali dan layak diperbincangkan.

Dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories", Hajah Noek Bresinah Soehardjo menceritakan hari-hari akhir Soeharto menjelang wafatnya.

Salah satunya saat Soeharto yang sempat mengalami mimpi aneh ketika sedang dirawat di rumah sakit.

Kala itu Sohearto bermimpi dirinya menonton gamelan namun ada yang aneh, karena suasana acaranya gelap, dan penyanyinya berdarah Sunda Semua.

Selang dua tahun dari mimpi itu, Soeharto kemudian meninggal dunia.

Tepatnya pada 27 Januari 2008. (*)

Artikel ini sudah pernah tayang di Pop.grid.od dengan judul asli "Berani Tegur Presiden Soeharto tentang Bisnis Keluarga Cendana hingga Jabatannya sebagai Panglima ABRI Dicabut, Benny Moerdani: Apapun Sikap Beliau, Saya Tidak Pernah Kehilangan Kesetiaan Padanya!"