Advertorial
Intisari-online.com -Peralatan Tempur Laut dan Udara Amerika-China Sudah Dikirim ke Laut China Selatan, China Berikan Intruksi Ini Pada Pasukannya Saat Berhadapan dengan Militer AS.
Seperti yang kita ketahui, diprediksi Laut China Selatan menjadi salah satu medan tempur jika Perang Dunia III terjadi.
Pasalnya kawasan ini terus mengalami peningkatan aktivitas militer dari tahun ke tahun.
Bahkan China sendiri, yang mengklaim wilayah ini sebagai bagiannya sudah mendirikan pangkalan militer di Laut China Selatan.
Tak mau kalah dengan China, Amerika juga terus mengirim pasukan militernya dan mendirikan pangkalan di negara sekutunya seperti di Jepang dan Korea Selatan.
Menurut South China Morning Post, baik China maupun AS, mereka meningkatkan aktivitas militer di Laut China Selatan dan meningkatkan risiko insiden bisa terjadi.
Menurut catatan, Amerika sudah mengirim 67 pesawat pengintai besar di Laut China Selatan sejak Juli 2020, jumlah itu dinilai cukup tajam.
Pesawat yang dikirim antara lain, pesawat anti-kapal selam P-8A Poseidon, EP-3E, serta kendaraan tak berawak berkekuatan tinggi MG-4C.
Menurut SCSPI peningkatan ini melonjak sejak Juli 2020.
Lonjakan itu terjadi disebabkan oleh memburuknya hubungan China dan Amerika, atas klaim Laut China Selatan oleh China.
Di sisi lain, China terus melakukan latihan militer di Laut China Selatan, untuk mengantisipasi pesawat pembom AS dan sekutunya.
Dalam latihan tersebut, Angkatan Udara China meningkatkan pertahanan udaranya dari segala lini, Bila pertempuran pecah di Laut China Selatan.
Militer Tiongkok siap menggempur AS dan sekutunya dari darat, laut, dan udara.
Kendati demikian, menurut 24h.com.vn pada Rabu (12/8/20), Beijing sudah memberikan intruksi kepada perwira angkatan laut dan pilot, terkait ketegangan dengan Amerika.
Beijing memerintahkan untuk tidak melepaskan tembakan terlebih dahulu sebelum, Amerika yang melayangkan serangan.
"Memesan penembakan itu mudah, tetapi China maupun AS tidak akan mudah mengontrol hasilnya. Situasi saat ini sangat menegangkan dan bahaya," tulis laporan itu.
Tentara China saat ini berbeda dari tahun 2001, saat pesawat intelijen AS bertabrakan dengan pesawat tempur China.
Saat itu pilot China Wang Wei tewas dan pesawat AS itu mendarat di Pulau Hainan, Kru Amerika lalu dibebaskan oleh orang China.
"Saat ini China sudah mengembangkan banyak tindakan pencegahan, Orang Amerika tidak bisa sepenuhnya kembali jika kejadian semacam itu terjadi," kata sumber itu.
Sumber lain mengatakan, China dan AS telah menetapkan protokol untuk menanganai pertemuan militer.
Tetapi perjanjian ini perlu diperbarui ulang, karena telah dibuat beberapa tahun lalu.
Sumber itu menyebut, masalah ini sudah dibicarakan antara Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan mitranya di China, Waei Phuong Hoa.
AS dan China membuat perjanjian konsultasi angkatan militer tahun 1998 untuk menghindari kecelakaan selama pertemuan.
Tahun 2014, kedua belah pihak menyetujui inisiatif untuk saling menginformasikan tentang operasi militer besar dan menetapkan kode etik jika konfrontasi terjadi.