Advertorial

Dianggap Biang Keladi Hilangnya Warga Sekitar Secara Misterius, Warga Kaget Temukan Buaya Seberat 350 Kg Mengambang Mati, Saat Dibedah Isi Perutnya Bikin Jantungan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Kasus manusia menjadi mangsa buaya bukanlah hal baru, hampir setiap tahun puluhan kasus terjadi, dimana buaya memangsa manusia.
Kasus manusia menjadi mangsa buaya bukanlah hal baru, hampir setiap tahun puluhan kasus terjadi, dimana buaya memangsa manusia.

Intisari-online.com -Dianggap Biang Keladi Hilangnya Warga Sekitar Secara Misterius, Warga Kaget Temukan Buaya Seberat 350 Kg Mengambang Mati, Saat Dibedah Isi Perutnya Bikin Jantungan.

Bukan rahasia lagi jika buaya adalah salah satu hewan paling berbahaya, dan sering memangsa manusia.

Kasus manusia menjadi mangsa buaya bukanlah hal baru, hampir setiap tahun puluhan kasus terjadi.

Hal itu menunjukkan betapa berbahayanya hewan amfibi ini.

Seperti dikutip dari The Daily Express (Malaysia), pada Senin (20/7/20), dilaporkan bahwa warga dikejutkan dengan munculnya sosok buaya.

Baca Juga: Bak di Lubang Buaya saat G30S, Bekas Lubang Tambang Emas di Venezuela Dipenuhi Jasad para Penambang yang Dibuang Begitu Saja oleh Geng Kriminal yang Memerlakukan Mereka Secara Keji

Buaya tersebut memiliki berat mencapai 350 kg, dengan panjang 4 meter, ditemukan mati mengambang di sungai.

Melihat hal itu, warga memanggil petugas Satwa Liar Departemen Tawau, untuk mengangkut buaya di Sungai Kampung Tg Sapi, distrik Kalabakan, Sabah, Malaysia itu.

"Buaya itu tampaknya telah mati selama 24 jam sebelum kami menemukannya," kata Sailun Aris petugas dari Departemen Margasatwa Tawau.

"Kami pikir ini adalah buaya yang menyerang penduduk desa, satu orang dinyatakan hilang pada (3/7), dan lainnya pada (25/6)," jelasnya.

Baca Juga: Padahal Sudah Diberi Makan, Buaya di Kebun Binatang Ini Tubuhnya Kurus Bak Kerangka Hidup, Setelah Dibedah Isi Perutnya Mengejutkan Ternyata Disebabkan Ulah Manusia

Menurut Sailun, pihak berwenang meletakkan banyak perangkap di dekat Sungai Kampung Tg Sapi sejak 5 Juli hingga 15 Juli.

Mereka percaya bahwa ada 'buaya pembunuh' yang mengintai dan bersembunyi di sungai tersebut.

Hasilnya ternyata benar, buaya tersebut ditemukan pada Senin (20/7) dalam kondisi tewas mengambang di sungai.

Usai tertangkapnya buaya tersebut, warga penasaran apakah benar, buaya tersebut adalah mesin pembunuh yang menewaskan warga sekitar.

Petugas Departemen Satwa Liar Tawau, mengatakan, kerabat korban telah menerima pemberitahuan tentang penemuan buaya tersebut.

Mereja juga mengajukan permintaan untuk membedah perut buaya yang diyakini telah memakan manusia itu.

Baca Juga: Sudah Berusia 2.000 Tahun, Buaya Ini Dijadikan Mumi oleh Sekta Sobek yang Memanjakan Buaya dengan Susu Campur Madu

"Ketika kami memotong perut buaya, kami menemukan sesuatu yang mengejutkan, ada banyak bagian tangan manusia di perutnya," katanya.

"Bagian tubuh itu kemudian diserahkan ke keluarga korban untuk dimakamkan," kata Sailun.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Departemen Margasatwa Sabah, selama 2017-2020 menunjukkan ada sekitar 13.000-15.000 buaya di negara bagian.

Ini menunjukkan bahwa jumlah buaya di negara bagian itu meningkat 10 kali dibandingkan dengan survei tahun 1984.

Sungai seperti Kinabatang, Kalumpang, Silabukan dan Klias adalah habitat buaya yang paling banyak.

Agustine Tuuga, direktur Sabah Wildlife Bureau, mengatakan sedang menunggu laporan akhir tentang jumlah buaya untuk melakukan rencana mengendalikan jumlah spesies.

Baca Juga: Panjangnya Dapat Capai 12 Meter dengan Berat 8 Ton, Inilah Buaya Terbesar di Muka Bumi yang Pernah Ada, Setara 3 Buah Mobil!

Pada akhir 2019, insiden serupa terjadi di Malaysia menurut The Star.

Buaya sepanjang 4,2 meter ditembak mati di distrik Ulu Suai, negara bagian Sarawak Utara.

Kelompok penembak, dari Sarawak Forestry Group (SFC) bekerja sama dengan polisi dan orang-orang sekitar untuk memburu buaya.

Pasukan fungsional menemukan kengerian ketika ada banyak potongan tulang dan pakaian manusia di dalam perutnya.

Zolkipli Mohammad Aton, kepala eksekutif SFC mengatakan, bahwa tulang dan pakaian itu milik Abdul Situju seorang pekerja asal Indonesia berusia 33 tahun.

Artikel Terkait