Advertorial
Intisari-Online.com - Kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia terus bertambah banyak.
Sejak pertama kali diumumkan pada 2 Maret 2020 lalu, kini kasus virus corona di Indonesia nyaris tembus 70.000 kasus.
Apalagi pada hari ini, Rabu(8/7/2020), ada penambahan1.853 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Jumlah itu jauh melampaui laporan tertinggi sebelumnya yang tercatat pada Kamis (2/7/2020)dengan 1.624 kasus.
Dengan begitu, kini jumlah kasus virus corona di Indonesia telah mencapai 68.079 kasus.
Dari data,penambahan kasus virus corona paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Timur yang mencatat penambahan 366 kasus baru.
Sementara Provinsi DKI Jakarta juga tercatat memiliki penambahan kasus yang tinggi dengan 357 kasus baru.
Baca Juga: Pecah Lagi, Rekor Harian Kasus Covid-19 di Indonesia Tembus 1.853 Hanya dalam 24 Jam Terakhir!
Hal yang paling ditakutkan dalam pandemi virus corona ini adalah kurangnya petugas medis hingga fasilitas di rumah sakit.
Kasus di bawah ini bisa jadi contoh.
Di manaPemerintah Kota Probolinggo mengumumkan tambahan 24 pasien positif Covid-19 pada Rabu (8/7/2020).
Sebanyak tujuh di antaranya merupakan tenaga medis.
Wakil Wali Kota Probolinggo HMS Subri menyebut, banyak faktor yang membuat tenaga medis terpapar Covid-19.
Sebab, para tenaga medis selalu menangani pasien virus corona baru atau Covid-19.
"Faktor lainnya, mereka kelelahan. Jumlah tenaga medis tak sebanding dengan jumlah pasien yang ditangani."
"Tenaga medis tak hanya menangani pasien Covid-19, mereka juga menangani pasien reguler lainnya," kata Subri dalam konferensi pers secara daring pada Rabu (8/7/2020).
Selain itu, Subri menduga para tenaga medis terpapar dari pasien yang tak jujur mengenai riwayat penyakit dan perjalanannya.
"Faktor lainnya adanya orang tanpa gejala (OTG)."
"Semakin banyak OTG yang bermunculan tentu memberikan risiko tinggo kepada tenaga medis dan masyarakat," jelas Subri.
Subri mengimbau masyarakat mengimbau masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan agar terhindar dari Covid-19.
"Sakitnya Covid-19 seprti orang yang tenggelam."
"Susah napas dan sesak napas. Seperti ada kacanya di tenggorokan."
"Karena itu saya minta masyarakat tetap disiplin."
"Masih banyak kami temukan anak muda keluar rumah tak bermasker," ujar Subri.
Menunggu Rapid Test dari Kemenkes
Di waktu yang sama, jubir Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Probolinggo dr Abraar Kudah menyebut, pihaknya masih menunggu alat rapid testseharga Rp 75.000 dari Kementerian Kesehatan.
Menurutnya, Indonesia sedang merancang alat rapid test tersebut.
"Kemungkinan alat tersebut sampai ke Kota Probolinggo akhir Agustus nanti," kata Abraar.
Saat ini, kata Abraar, biaya rapid test Covid-19 di Kota Probolinggo adalah Rp150.000.
Menurutnya, biaya yang dipasang sesuai arahan Kementerian Kesehatan.
"Ibaratnya ke Surabaya, yang satu naik Avanza, dan yang satunya naik Mercy. Tentu saja beda."
"Kita menggunakan standar eklia, karena tingkat sensitivitas dan akurasinya tinggi," jelas Abraar.
(Ahmad Faisol)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "7 Tenaga Medis Positif Covid-19 di Probolinggo, Diduga Kelelahan Tangani Pasien")