Advertorial
Intisari-Online.com -Beberapa waktu lalu, negara Ekuador menjadi perbincangan di dunia.
Hal ini karena negara Amerika Latin tersebut kewalahan dalam menangani kasus kematian akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Akibatnya, mereka membiarkan jenazah anggota keluarga mereka di jalanan dan menumpuk selama berjam-jam.
Dan kondisi Ekuador diikuti oleh negara tetangganya Bolivia.
Baca Juga: Pecah Lagi, Rekor Harian Kasus Covid-19 di Indonesia Tembus 1.853 Hanya dalam 24 Jam Terakhir!
Dilansir dariTribunnewsyang mengutip dari Metro.co.uk pada Rabu (8/7/2020),Bolivia dikabarkan juga kewalahan dengan kasus kematian akibat virus corona.
Akibatnya, jasad korban virus corona mulai menumpuk di jalan.
Layanan pemakaman di kota Cochabamba, pusat negara tersebut penuh sesak karena banyak mayat yang perlu dikremasi dan dikuburkan.
Hal ini karena wilayah tersebut menjadi episentrum penyebaran Covid-19 di Bolivia.
Pihak berwenang melaporkan mereka mengumpulkan antara 14 hingga 23 mayat setiap hari dari rumah atau ruang publik.
Mereka menerangkan, mayat-mayat yang dikumpulkan diduga meninggal karena Covid-19.
Tetapi, penyebab kematian jasad-jasad itu sebenarnya belum diketahui.
"Kami tidak memiliki kapasitas untuk menguji jenazah karena permintaan tinggi (menjemput jenazah-red)," kata pejabat layanan kesehatan Ruben Castillo, Senin (6/7/2020).
Peti mati dibungkus plastik hitam ditempatkan di luar rumah
Lebih lanjut, sejulah peti mati dibungkus dengan plastik hitam dan ditempatkan di luar rumah.
Hal ini nampak mirip dengan yang terjadi di Guayaquil, Ekuador.
Sebagaimana diketahui, Ekuador terpukul keras pada awal penyebaran pandemi.
Kepala polisi di Cochabamba, Kolonel Alberto Cardenas menjelaskan, jasad-jasad yang dikumpulkan tak memiliki tanda-tanda kekerasan.
Informasi ini disampaikan ke pelayanan kesehatan agar mereka dapat melakukan tes terhadap jenazah tersebut, apakah mereka terbunuh karena virus corona.
Dengan begitu, jenazah-jenazah di Bolivia ini dapat dikuburkan sesuai dengan protokol khusus Covid-19.
Sarankan beli mobil berpendingin
Lebih jauh, Direktur Lembaga Penyelidikan Forensik, Andreas Flores, menyarankan pihak berwenang untuk membeli atau menyewa mobil berpendingin.
Tujuannya adalah untuk menyimpan mayat sementara waktu, mengingat kurangnya kapasitas kamar mayat.
Secara terpisah, laboratorium diagnostik juga kelebihan beban dan butuh beberapa hari untuk merilis hasil.
Situasi serupa terjadi di Santa Cruz
Situasi serupa dilaporkan terjadi di timur kota Santa Cruz.
Kabarnya, di wilayah tersebut, 50 persen dari mereka terinfeksi virus corona.
Di Ibu Kota La Paz, polisi mengatakan, mereka mengumpulkan sembilan mayat, pada Sabtu dan Minggu.
Mereka mencurigai mayat-mayat tersebut meninggal karena virus, termasuk dua narapidana di penjara.
Pihak berwenang percaya, banyak orang tidak melaporkan penyakit ini karena takut akan pandangan publik.
Selain itu, mereka juga harus pergi kelayanan medis setelah mengidap infeksi.
Mereka sering tidak menemukan ruang di rumah sakit karena begitu ramai.
Penyebaran virus vorona di Bolivia
Pada Senin (6/7/2020) kemarin,terdapat39.297 kasus positif dengan 1.434 kematian di Bolivia.
Dua hari berikutnya, Rabu (8/7/2020), Boliviamencatat 41.545 kasus infeksi.
Lebih dari 1.500 kasus kematian dilaporkan, dan 12.398 orang dinyatakan sembuh.
Otoritas kesehatan memperingatkan, pandemi akan mencapai puncaknya pada Agustus 2020 dengan 130.000 orang yang akan terinfeksi.
Sehari sebelumnya, Menteri Kesehatan Bolivia, Heydi Roca dinyatakan positif mengidap Covid-19.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
(Artikel ini telah tayang diTribunnews.comdengan judul "Bolivia Kewalahan dengan Kematian Akibat Virus Corona, Jasad Menumpuk di Jalan, Mirip di Ekuador")