Advertorial
Intisari-Online.com - Kabar mengejutkan baru-baru ini datang dari Presiden Brazil, Jair Bolsonaro.
Melansir Daily Mail (7/7/2020), Bolsonaro mengungkapkan bahwa ia telah dinyatakan positif mengidap Covid-19.
Meski begitu, Bolsonaro mengaku 'sangat sehat', bahkan ingin jalan-jalan.
"Aku baik-baik saja, normal. Saya bahkan ingin berjalan-jalan di sekitar sini, tetapi saya tidak bisa karena rekomendasi medis, "katanya kepada wartawan di luar istana kepresidenan di Brasilia.
Hasil positif Covid-19 tersebut didapat setelah Bolsonaro menjalani tes keempatnya.
Sebelumnya, presiden yang dijuluki 'Trump Tropis' ini pun telah menjalani tes sebanyak tiga kali setelah bertemu Presiden Amerika Serikat, Donald Trump', di Florida pada Maret lalu.
Saat itu, baik Bolsonaro maupun Trump tidak menunjukkan hasil positif corona, sementara beberapa anggota delegasinya ke AS dilaporkan terinfeksi corona.
Selain mengaku 'sangat sehat', Bolsonaro pun mengaku menggunakan obat berbahaya ini untuk mengatasi penyakit Covid-19 yang kini dideritanya.
Obat berbahaya yang dimaksud adalah hidroksiklorokuin.
Bolsonaro blak-blakan mengaku menggunakan hydroxychloroquine atau yang dikenal juga sebagai klorokuin, yang merupakan obat anti-malaria.
Seperti juga Trump, Bolsonaro diketahui mendukung penggunaan obat ini untuk Covid-19.
Bahkan, setelah dua menteri kesehatannya menentang penggunaan obat tersebut, tak membuat ia mengendurkan dukungannya.
Bahkan, Menteri Kesehatan Luiz Enrique Mandetta, yang menolak dukungan presiden terhadap klorokuin dan berselisih dengan Sang Presiden terkait cara penanganan Covid-19 di Brazil akhirnya dipecat.
Mandetta diberhentikan pada bulan April kemudian digantikan oleh Nelson Teich, seorang ahli onkologi.
Namun, sama seperti Mandetta, Teich juga menolak untuk merekomendasikan klorokuin, dan dia mengundurkan diri hanya setelah 28 hari ditunjuk sebagai menteri kesehatan Brazil.
Klorokuin memang sempat diperdebatkan untuk menjadi obat Covid-19, karena belum ada bukti yang menunjukkan bahwa obat ini efektif untuk Covid-19.
Bahkan, pada bulan April, para ilmuwan Brazil mengakhiri studi tentang klorokuin setelah masalah irama jantung berkembang pada sekitar seperempat orang yang menggunakan dua dosis yang lebih tinggi untuk diuji.
Beberapa dokter pun khawatir jika ratusan orang Brazil telah meninggal karena minum obat ini di rumah tanpa pengawasan medis.
WHO pun menghentikan pengujian obat malaria ini pada pasien Covid-19 karena masalah keamanan.
"Kelompok eksekutif menghentikan sementara hydrochloroquine dalam uji coba solidaritas, sementara dewan pemantauan keamanan data meninjau data keselamatan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip Reuters.
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com (22/3) 2020), seorang anak perempuan dari Tulsa, Oklahoma meninggal karena meminumnya.
Lana dan Steve Ervin kehilangan anak mereka, Ashley, setelah anak mereka tidak sengaja menelan apa yang diyakini sebagai pil klorokuin 37 tahun lalu.
Saat itu, tanpa diketahui, Ashley menemukan obat anti-malaria yang tersimpan di laci kamar mandi.
Obat tersebut digunakan oleh Steve untuk menangkal malaria pada perjalanan misi ke negara-negara asing.
Menurut Lana, mereka telah diingatkan tentang betapa berbahayanya obat anti-malaria saat itu.
Melalui The Oklahoman, Lana dan Steve mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap efek samping obat yang berpotensi mematikan.
"Kita harus memberi tahu orang-orang ini berbahaya," kata Lana.
Terkait penggunaan obat ini harus melalui resep dokter, dan tidak boleh sembarangan digunakan pasien Covid-19.