Advertorial
Intisari-online.com - Sejauh ini betrokan antara India dan China di lembah Galwan, Ladakh menyita perhatian dunia.
Hal itu karena sepak terjang China dalam urusan mencaplok wilayah terus bermunuculan.
Sebelumnya, China ngotot melakukan upaya untuk mengambil alih Laut China Selatan secara ilegal.
Selain itu China melakukan serangan ke India dalam rangka mengambil alih lembah Galwan yang diyakini sebagai lokasi strategis China untuk mengendalikan dua wilayah.
Baca Juga: Netizen Dibikin Bingung oleh Foto Jari-jari Kaki Zombie yang Mengerikan, Apa Sebenarnya Itu?
Meski penyerangan itu terungkap baru-baru ini, tak disangka ada sebuah bukti bahwa China telah merencanakan serangan ke India jauh-jauh hari.
Seperti dikutip dari US News melalui 24h, Intelijen AS berhasil mengungkap fakta mengejutkan di balik bentrokan antara India dan China.
Intelijen AS mengatakan bahwa komandan tertinggi Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), telah merencanakan serangan ini jauh-jauh sebelumnya.
Menurut sumber itu, Letnan Jenderal Zhao Tong, komandan tertinggi PLA memerintahkan serangan itu jauh sebelumnya.
Kemudian pada tanggal 15/6 ketika 20 tentara India tewas dalam bentrokan itu, Zhao ingin militer China bertindak agresif.
Pejabat Intelijen AS yang dirahasiakan namanya ini mengatakan, Jenderal Zhao tidak ingin Amerika Serikat dan sekutunya termasuk India meremehkan China.
Alhasil mereka merencanakan serangan itu, termasuk bertindak agresif pada tanggal 15 Juni, sehingga menewaskan beberapa tertara India.
Keputusan berani ini telah memicu reaksi keras dari India.
Menteri Luar Negeri India Subrahamanyam Jaishanka, mengatakan kepada rekannya Wang Yi, "Anda telah merencanakan serangan ini sebelumnya bukan."
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lian membantah bahwa China siap melakukan betrokan dengan India.
Baca Juga: Hadapi Corona: 9 Tips Gunakan Toilet Umum Selama Masa Pandemi Corona
Dia mengatakan, "Tiongkok menegaskan kedaulatan teritorial di lembah Galwan. Tentara India membangkitkan dan meningkatkan ketengangan, memaksa China untuk bereaksi."
"Konsekuensi dari keputusan ini sangat mendalam, ini bukan kemenangan militer Tiongkok," pejabat Intelijen AS mengatakan.
Selama berbulan-bulan Amerika, telah meyakinkan India untuk tidak menggunakan teknologi buatan China.
Setelah betrokan 15 Juni, India mengubah sikapnya dan sepenuhnya membatasi ketergantungan pada pasokan dan modal dari China.
Intelijen AS mengatakan, Jenderal Zhao secara pribadi memimpin penyerangan di lembah Galwan.
Jenderal Zhong lahir tahun 1955 di Heilongjiang, dan mendaftar pasukan militer pada usia 16 tahun pada 1999, dan menjadi Kepala Staf Daerah Militer Tibet.
Pengalamannya dalam lingkungan pertempuran dataran tinggi membuatnya menjadi komandan perang pada tahun 2016.
Jenderal Zhao dianggap sebagai tokoh di belakang ketegangan antara India dan China, sejak 2017.
Sementara itu, berbicara masalah betrokan China dan India, presiden Donald Trump ikut angkat bicara.
Dia mengatakan, "Itu adalah situasi yang sangat sulit, Kami sedang bernegosiasi dengan India dan China, mereka mengalami masalah besar, kami akan membantu mereka."