Advertorial
Intisari-online.com - Virus corona telah menyebar ke seuruh dunia, bahkan hingga ke pelosok.
Melansir Daily Star pada Kamis (21/5/2020), tak hanya masyarakat modern, suku pedalaman Amazon juga tertular dengan virus corona.
Meski demikian, dilaporkan bahwa suku pedalaman Amazon ini berhasil menemukan solusi untuk mengatasi pandemi ini.
Masyarakat adat Satere-Mawe yang tinggal di hutan hujan Amazon, Brazil mengatakan mereka berhasil menyembuhkan pasien dengan gejala Covid-19.
Baca Juga: Jangan Terlalu Sering Begadang, Pria Ini Sering Tidur di Atas Jam 12 Sampai Sakit Parah Bahkan Koma
Mereka hanya menggunakan perawatan memanfaatkan bahan alami seperti, kulit pohon, madu, dan tanaman asli.
Sementara itu situasi di Brazil justru kurang mendukung kondisi masyarakat adat ini, pasalnya aktivis menuduh Presiden Brazil, Jair Bolsonaro meninggalkan mereka karena dianggap memiliki kekebalan rendah.
Namun, mereka justru menemukan solusi bagi komunitasnya sendiri, dengan memanfaatkan tanaman alami.
Menurut laporan, tanaman yang mereka gunakan di antaranya adalah, carapanauba, saracuramira, caferena, dan saratudo.
Tanaman-tanaman tersebut, dipercaya memiliki sifat anti-malaria atau anti-inflamasi.
"Kami masing-masing menggunakan pengetahuan yang diwariskan dari tetua kami, untuk perawatan dan pengujian terhadap gejala penyakit berbeda," kata pemimpin suku mereka.
Sejauh ini komunitas adat di pedalaman hutan Amazon melaporkan memiliki 11 kasus virus corona.
Warga desa setempat, Valda Ferreira de Souza (35) mengatakan perawatan berbasis tanaman itu berhasil membantu mereka.
"Aku sempat merasa lemah, rasanya ada sesuatu di paru-paruku, aku merasa tidak bisa bernapas," katanya.
Tetapi dia menambahkan, bahwa setelah mengonsumsi ramuan tradisional buatan mereka itu, semuanya terasa lebih baik.
Para ahli yang mendengar tentang tanaman obat suku Amazon, memperingatkan bahwa 'obat ajaib' itu belum tentu terbukti aman atau efektif sebelum melakukan uji coba medis.
"Dalam periode ketidakpastian selama pandemi ini, orang selalu mencari alternatif dari apa yang mereka ketahui, termasuk menawarkan obat tradisional," kata Michael Heinrich, profesor etnofarmakologi di Universitas College London.
"Seringkali ada beberapa manfaat, tetapi tidak ada bukti untuk efektifitasnya, juga belum tentu diketahui aman," jelasnya.
"Jadi tidak ada alasan yang diharapkan, kita harus berhati-hati dengan 'obat ajaib' ini karena tidak ada jaminan dan kualitas," katanya.
Brazil sendiri mencatatkan rekor cukup buruk sepanjang pandemi Covid-19 ini.
Mereka mencatat jumlah kasus tertinggi ketiga di dunia, dengan lebih dari 270.000 orang positif terkena Covid-19.
Presiden Brazil Jair Bolsonaro, menampik perlunya pembatasan dan lockdown dan langkas jarak sosial, mengatakan bahwa virus corona hanyalah seperti flu musiman.
Sejauh ini dilaporkan 18.000 kematian terjadi, meskipun jumlah sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih besar dari yang disebutkan tersebut.
Para aktivis telah memperingatkan suku asli Brazil, mereka bisa dihancurkan oleh pandemi ini, karena rentan terhadap penyakit moderen.
Pemerintah Brazil juga dituduh membiarkan pandemi menyerang masyarakat terpencil, dan memicu genosida, namun mereka membantahnya.
Pemerintah mengaku telah mendistribusikan 45.000 peralatan makanan dan 200.000 item perlindungan ke masyarakat terpencil.