Advertorial

Jika Berlanjut di Tengah Pandemi, Kondisi Memprihatinkan Para Pekerja Ini Bisa Memperparah Risiko Penularan Virus Corona

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Kini, masyarakat dituntut untuk lebih memperhatikan dan juga menyadari bagaimana kondisi kesehatan diri sendiri.

Pasalnya, risiko infeksi virus corona begitu dekat. Selain dapat membahayakan diri sendiri, juga bisa membahayakan orang lain karena virus ini cepat penularannya.

Sehingga sebaiknya saat merasa sakit, seseorang perlu untuk lebih menjaga jarak dengan orang lain, terlebih sakit yang dirasa menyerupai infeksi virus corona.

Namun, hasil penelitian yang dilakukan beberapa tahun lalu menunjukkan hal yang kurang selaras dengan kebiasaan yang harusnya dilakukan di saat pandemi seperti ini.

Baca Juga: Membuat Tim Gabungan Covid-19 Harus Kerja Ekstra, Penjual Bakso Positif Corona Justru Mangkal di Depan Minimarket Surabaya

Menurut hasil survei global, hampir semua pekerja—termasuk tenaga medis—akan tetap pergi bekerja meski sedang sakit.

Lebih dari setengah responden mengatakan mereka akan tetap kerja walalu memiliki gejala penyakit seperti influenza.

Para peneliti dari Australian National University meneliti seberapa banyak tenaga kerja profesional di berbagai sektor yang menularkan penyakit kepada pasien (untuk mereka yang bekerja di bidang kesehatan) dan kolega mereka dengan datang bekerja saat sakit.

Studi yang dipublikasikan pada jurnal PLOS One ini melakukan survei pada para karyawan dari 49 negara.

Baca Juga: 'Kita Sudah Siap Mati, Kita Enggak Takut Petugas,' Kesaksian para Santri Bahar Bin Smith yang Sebut Penyergapan Guru Mereka Mirip Teroris karena Kondisi Ini!

Mereka menemukan fakta bahwa hampir semua pekerja—96,5% pekerja nonkesehatan dan 99,2% tenaga media—datang ke kantor saat mengalami gejala flu seperti sakit tenggorok, demam, bersin-bersin, pilek, batuk ringan, nyeri otot, dan kehilangan nafsu makan.

Survei ini dilakukan antara Oktober 2018 dan Januari 2019.

Meski begitu, ia memiliki implikasi terkait bagaimana kita menanggapi presenteeism (tetap bekerja meskipun sakit atau cedera) selama pandemi COVID-19.

“Itu sudah buruk sebelum COVID-19. Sekarang, dengan adanya virus corona, sangat penting untuk tidak pergi ke kantor jika Anda tidak enak badan,” kata Profesor Peter Collignon, wakil pemimpin studi dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Saat Kasus Positif Covid-19 Masih Terus Meningkat, Jokowi Minta Masyarakat Indonesia Bersiap Hadapi Era Normal Baru, Apa Maksudnya?

“Penelitian ini menunjukkan bahwa banyak orang tetap bekerja ketika mereka sakit—termasuk para pekerja di garis depan layanan kesehatan. Lebih dari setengah populasi dokter dan perawat di dunia pergi bekerja ketika mereka memiliki gejala seperti flu," paparnya.

Para peneliti mengatakan, budaya institusi, hak cuti yang tidak memadai, serta kekurangan tenaga kerja menjadi alasan mengapa para karyawan merasa mereka tidak bisa mengambil waktu istirahat yang mereka butuhkan saat sakit.

Padahal, dengan tidak masuk kantor, mereka mengurangi risiko penularan kepada orang lain.

Meski survei ini kecil dan memiliki sedikit responden (533 orang), tapi hasilnya sejalan dengan studi lain.

Baca Juga: Peduli Tubuhmu: Tanda-tanda Tubuh Kekurangan Zat Besi, Kulit Pucat!

Sebuah studi yang diterbitkan pada American Journal of Infection Control pada 2017 menemukan bahwa lebih dari 40 persen petugas layanan kesehatan tetap bekerja sambil membawa penyakit flu selama musim influenza 2014-2015.

Alasan paling umum adalah mereka merasa masih dapat melakukan tugasnya dan merasa cukup sehat untuk masuk kerja.

Sementara itu, bagi para profesional yang bekerja di fasilitas perawatan jangka panjang, alasan paling umum tetap datang bekerja saat sakit adalah karena tidak ingin kehilangan upah.

Artikel ini telah tayang di Nationalgeographic.grid.id dengan judul Survei Ungkap Hampir Semua Karyawan Selalu Masuk Kerja Meski Sakit

Artikel Terkait