Intisari-Online.com – Negara Indonesia telah memiliki kematian terbanyak di Asia Tenggara, tetapi penelitian menunjukkan 800 infeksi resmi sejauh ini mungkin hanya 2% dari total,
Sekitar bulan Maret lalu kasus coronavirus Indonesia mencapai nol, dengan para pejabat dengan keras menolak saran bahwa infeksi menyebar tidak terdeteksi.
Beberapa minggu kemudian, 78 kematian telah dikaitkan dengan virus, jumlah tertinggi di Asia Tenggara. Tujuh petugas kesehatan termasuk di antara mereka yang telah meninggal.
Sementara kasus yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi hampir 900, para peneliti memperkirakan bahwa mungkin ada puluhan ribu infeksi tersembunyi di seluruh negeri, dan ada kekhawatiran yang berkembang bahwa fasilitas medis tidak akan mampu mengatasi jika terjadi wabah besar.
Baca Juga: Sejarah Virus Corona di China, Bermula dari Pasar Hewan dan Bermutasi?
Selama sepekan terakhir, dua rumah sakit besar telah meminta pasokan, sementara beberapa petugas kesehatan mengancam akan mogok setelah mereka dipaksa mengenakan jas hujan untuk perlindungan. Hingga Senin, sebanyak 42 staf medis terinfeksi coronavirus di Jakarta.
"Saya hanya berdoa dan memiliki iman sehingga saya dapat berhenti khawatir, meskipun kadang-kadang perasaan (kekhawatiran) itu muncul lagi," Agnes Tri Harjaningrum, seorang dokter anak yang bekerja di rumah sakit negeri dan swasta di ibukota, mengatakan kepada Guardian.
Dia khawatir negara itu bisa menghadapi krisis yang serupa dengan yang dialami di Italia.
Sumbangan peralatan pelindung dan alat uji tiba dari Tiongkok pada Senin pagi, tetapi pada Selasa malam kekurangan masih ada di beberapa bangsal rumah sakit di Jakarta.
Baca Juga: Sejarah Virus Corona di Indonesia; Indonesia Akhirnya Melaporkan Dua Kasus Virus Corona pada Awalnya
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR