Advertorial
Intisari-online.com - Belakangan beredar kabar yang mengatakan bahwa Kim Jong-Un diberitakan meninggal dunia, meskipun banyak kabar yang mengatakan bahwa dia masih sehat.
Meski demikian, hingga kini belum ada laporan tentang keberadaannya, tercatat Kim terakhir kalimenunjukkan diripada 12 April.
Namun jika benar dia meninggal dunia mungkinkah mayatnya juga akan dijadikan pupuk untuk merawat tanaman.
Karena seperti diketahui Korea Utara memiliki tradisi menjadikan mayat manusia sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman.
Menurut Daily Mirror biasanya mayat yang digunakan konon, adalah tahanan politik yang meninggal di tahanan.
Tindakan mengerikan ini dilakukan di seluruh negeri, bahkan di daerah pegunungan dan membuatnya bisa dengan cepat melakukan panen.
Klaim gila itu diungkapkan oleh seorang mantan tahanan yang selamat dari kamp konsentrasi di Kaechon.
Pembelotmengatakan dengan nama samaran Kim-Il-Soon, mengatakan, "Tanahnya sangat subur, dan pertaniannya berhsil di sana karena tubuh manusia yang terkubur berfungsi sebagai pupuk alami."
"Beberapa penjaga mengatakan, bahwa mereka harus mengubur mayat secara merata di seluruh tanah hingga membuahi seluruh area," katanya.
"Salah satunya mereka juga menguburnya di pegunungan," jelasnya.
"Suatu hari ada anak sedang kencing di pegunungan dan melihat tangan mecuat mereka lupa untuk menguburnya dengan benar," paparnya.
Kim-Il-Soon secara terang-terangan berani membongkar semuanya kepada Komite Hak Asasi di Korea Utara (HRNK).
Setelah dia berhasil melarikan diri dan kini berada di Korea Selatan.
Bukti nyata semakin jelas setelah, petugas mencatat bahwa kamp penjara itu juga tidak memiki tempat kremasi melalui citra satelit.
Dalam laporan itu, di kamp HNRK menggambarkan bagaimana tahanan yang sudah mati dibaringkan di lubang yang dangkal.
Kemudian dikubur dengan buru-buru, dan ditutupi lapisan tanah yang tipis.
Namun, jika yang mati banyak, mereka akan menggali lubang sebesar tanah, dan memasukkan semua mayatnya bersamaan di dalam sana.
Kemudian di atas tanah dijadikan ladang hasilnya seperti sayuran yang ditanam seperti lobak, bayam dan kubis, akan diberikan kepada penjaga kamp dan keluarga mereka.
Akan tetapi, tradisi ini tampaknya tidak akan dilakukan pada mayat pemimpin mereka.
Menurut The Telegraph, berdasarkan pengalaman sebelumnya, mayat pemimpin Korea Utara akan dibalsem dan diawetkan kemudian dipajang di peti mati kaca di Istana Kumsusan Matahari di Pyongyang.
Pekerjaan pembalseman ini dilakukan oleh teknisi dari Pusat Penelitian Ilmiah dan Metode Pengajaran dari Teknologi Biokimia yang disebut Lab Lenin, dari Rusia.
Para ahli dari institute ini melakukan perjalanan ke Korea Utara setiap 18 bulan, sejak mayat Kim Il-Sung, kakek Kim Jong-Un sekaligus pendiri Korea Utara diawetkan tahun 1994.
Kemudian, ayah Kim Jong-Un, yaitu Kim Jong-Il juga diawetkan sejak kematiannya pada 2011 silam.
Biaya pemeliharaan mayat ini bisa mencapai 300.000 pound selama setahun, atau sekitar Rp5,7 miliar.
Dengan melihat pengalaman sebelumnya bisa diperkirakan jika Kim Jong-Un meninggal mayatnya juga akan diawetkan sama seperti pemimpin Korea Utara lainnya.