Advertorial
Intisari-online.com - Sepasang suami istri asal Australia bernama Dwayne dan Kelly Turpin menceritakan sebuah pengalaman pelayaran yang mencekam.
Melansir Daily Mail pada Senin (27/4/20), pasangan suami istri ini melakukan pelayaran di tengah pandemi Covid-19 dari Thailand.
Dwayne dan Kelly Turpin berlayar dari Thailand ke Australia dengan menggunakan kapal pribadinya, Normad SY.
Padahal saat itu, hampir semua negara melakukan penguncian dengan menutup perbatasan dan memberlakukan larangan perjalanan.
Termasuk dengan Indonesia yang melakukan larangan bepergian, dalam negeri maupun luar negeri.
Pasangan itu sudah berlayar hampir 18 tahun dan telahmelaluienam rute yang sama selama enam tahun lalu.
Meskipun pada akhirnya kini mereka harus berhati-hati selama masa pecahnya Covid-19 di seluruh dunia.
"Kami khawatir tentang virus, dan sadar kami harus mengambil tindakan pecegahan," kata Turpin kepada Daily Mail, Australia.
"Kami tetap meninggalkan Thailand sebelum negara manapun mulai menutup perbatasan mereka, kami juga tidak tahu kapan itu terjadi," jelasnya.
Ketika pandemi mulai menyebar, mereka melanjutkan perjalanan mereka, pasangan itu mengatakan penduduk Indonesia mulai berperilaku berbeda kepadanya.
Mulai dari dipaksa keluar dari pelabuhan lepas pantai beberapa kali.
"Kami menyadari keadaan semakin memburuk, dan memahami bahwa kami tidak bisa pergi ke darat, jadi kami tidur di kapal karena tidak bisa berlabuh ke darat,"katanya.
"Pada tahap ini kami menyadari orang-orang Indonesia takut kepada kami, mereka pikir kami membawa virus, di sisi lain kami hanya melakukan sedikit kontak dengan siapapun pada Maret," tadasnya.
"Kami menyadari tidak membawa virus, tetapi mereka tidak percaya, dan kami harus menjelaskannya," imbuhnya.
Setelah itu, pasangan itu berlayar melalui Bali utara dan Kepulauan Komodo, pasangan itu tiba di Larantuka di ujung timur Flores untuk mengisi bahan bakar menuju Australia.
Tupin diberitahu masyarakat Indonesia untuk pergi ke pantai dan menunjukkan dokumen izin mereka, baru diberi drum berisi bahan bakar.
Dwayne pergi ke darat kemudian, menunjukkan paspor dan izin, lalu mereka diberi semprotan desinfektan oleh petugas.
Satu jam kemudian mereka kembali ke pantai, untuk mengambil persediaan mereka, pada saat itulah kapal militer Indonesia mendekati mereka.
Pasangan itu mencoba menjelaskan mereka sedang mengisi bahan bakar, namun dipaksa pergi beberapa menit kemudian terdengar suara tembakan.
Alhasil, pasangan itu segera pergi dengan kapal Nomad SY mereka, berlayar dengan diikuti kapal angkatan laut.
"Ini sangat mengintimidasi, karena kami tidak yakin, apakah mungkin karena kami tidak segera pergi ketika ditanya," kata Tupin.
Pasangan itu didekati oleh nelayan dan polisi dari Pulau Solor, memaksa mereka berlayar ke Timor Leste dengan cuaca yang mengerikan.
Angin 30knot lautan ombak besar menghantam kapal menyebabkan mesinnya rusak, Angkatan Perbatasan Australia menghubungi pasangan itu, bertanya apakah mereka akan meninggalkan kapal.
Namun, Turpin akhirnya bisa menstabilkan kapal setelah beberapa jam memperbaikinya, mereka kembali ke Australia dengan selamat.
Setibanya di Australia mereka hendak ke Sydney namun dipaksa mengubah rencana itu karena pembatasan perjalanan.
"Berlayar adalah hidup kami, Kami sangat menyukainya hingga kami tidak akan pernah menyerah," katanya.