Advertorial

Bandingkan Efek Virus Corona dan SARS pada Tubuh, Lebih Parah yang Mana? Ini Kata Ahli

Tatik Ariyani

Penulis

Seorang ahli pernapasan terkemuka di Hong Kong, Dr. David Hui, mengatakan beberapa pasien yang telah pulih dari Covid-19 mempunyai fungsi paru-paru yang normal.
Seorang ahli pernapasan terkemuka di Hong Kong, Dr. David Hui, mengatakan beberapa pasien yang telah pulih dari Covid-19 mempunyai fungsi paru-paru yang normal.

Intisari-Online.com - Mana yang lebih parah bagi tubuh, efek virus corona atau SARS?

Seorang ahli pernapasan terkemuka di Hong Kong, Dr. David Hui, mengatakan beberapa pasien yang telah pulih dari Covid-19 mempunyai fungsi paru-paru yang normal.

Hal ini menunjukkan kemungkinan infeksi virus corona mempunyai efek samping yang lebih rendah dibandingkan korban yang selamat dari penyakit SARS.

Namun, Hui mengingatkan untuk terus berperang melawan pandemi sampai vaksin virus corona tersedia.

Baca Juga: Digadang-gadang Jadi Penerus Kim Jong Un, Ini Fakta-fakta Kim Yo Jong, Dapat Kepecayaan Absolut dari Kakaknya dan di-Blacklist Amerika Serikat

Apalagi, penambahan kasus kemungkinan terjadi saat belahan bumi bagian selatan memasuki musim dingin beberapa bulan lagi.

Sejauh ini, Hong Kong mencatat 1.036 kasus Covid-19 dengan 4 kematian.

Tak ada efek setelah sembuh

Dr David Hui, yang juga menjabat sebagai Ketua departemen kedokteran dan terapi di Chinese University, menyebutkan, para dokter di Rumah Sakit Prince of Wales telah menindaklanjuti lebih dari 10 pasien yang sembuh dan kembali ke rumahnya.

Hasilnya, menurut dia, secara mengejutkan semuanya tidak menunjukkan efek setelah terinfeksi.

Baca Juga: Disebut Kandidat Terkuat Pengganti Kim Jong Un Jika Meninggal, Kim Yo Jong Dinilai Lebih Kejam dari Sang Kakak, Ayah dan Kakeknya

"Di antara 70 pasien yang dirawat di Rumah Sakit Prince of Wales, sekitar setengahnya telah pulih dan lebih dari 10 telah melakukan tindak lanjut. Semua fungsi paru-paru mereka normal dan mereka bisa bernapas normal tanpa kesulitan," kata dia.

Penelitian lain oleh Rumah Sakit Princess Margaret yang dilakukan Maret 2020, menemukan , dua hingga tiga pasien di antara selusin kasus yang pulih, masih terengah-engah saat berjalan dengan cepat.

Hui mengungkapkan, perlu waktu untuk melihat apakah akan ada konsekuensi jangka panjang dari infeksi Covid-19.

Baca Juga: Sedang Ramai Nonton Drama Korea 'The World of the Married', Ternyata Orang yang Pernah Selingkuh Memang Akan Kembali Selingkuh di Lain Waktu

Namun, perbandingan dengan pasien SARS pada 2003 mungkin memberikan sedikit harapan.

Covid-19 Covid-19 dan SARS

Dari 1.036 kasus Covid-19 di Hong Kong, hanya sekitar 5 persen pasien yang mendapatkan perawatan di ruang unit perawatan intensif (ICU).

Di antara mereka, sekitar 30 orang ditemukan pola mirip kaca buram di paru-paru.

Sementara, saat terjadi wabah SARS, seperempat dari 1.755 pasien yang dikonfirmasi berakhir di ruang ICU.

"Saya menindaklanjuti pasien SARS selama dua tahun setelah penularan. Sebanyak 20 persen dari mereka yang berada di ICU masih memiliki beberapa efek di paru-paru mereka," ujar Hui.

Oleh karena itu, secara komparatif, lanjut dia, terdapat lebih sedikit orang di ICU saat ini.

Ia mengatakan, sepertinya banyak pasien corona virus lain dapat pulih sepenuhnya karena tubuh dapat melakukan pemulihan diri.

Rata-rata pasien virus corona jenis baru tinggal di rumah sakit selama 17 hari. Kebanyakan dari mereka mempunyai viral load rendah setelah 10 hari dirawat.

Baca Juga: Diduga Karena Kehidupannya yang 'Suram dan Putus Asa, Misteri Kapal 'Hantu' Penuh Mayat dari Korea Utara yang Terdampar di Jepang Ini Terkuak, Ternyata Sering Terjadi?

Sementara itu, pasien yang masih menjalani perawatan di bangsal hanya menunggu tes lebih lanjut untuk memastikan bahwa virus telah mati.

"Mereka dapat bermain dengan ponsel mereka, berolahraga selama isolasi di bangsal, dan banyak dari mereka sangat sehat dan energik," kata Hui.

Meskipun pandemi baru ini mungkin tidak terlalu merusak tubuh pasien, tingginya tingkat penularan virus masih mengkhawatirkan.

Sebagai penasihat pemerintah untuk penyakit menular, Hui setuju bahwa penularan Covid-19 telah melemah dalam beberapa minggu terakhir.

"Kami telah melihat bahwa ada banyak kasus di seluruh dunia dan mungkin juga ada gelombang ke dua di daratan China. Karena itu, kita harus tetap waspada," kata dia.

Musim dingin

Pada Juni 2020, Australia dan Selandia Baru mungkin melaporkan lebih banyak kasus saat masuk musim dingin. Sementara, Hong Kong dapat melihat peningkatannya pada Desember.

"Ini adalah pandemi sekali dalam satu abad dan tidak cukup hanya Hong Kong untuk melakukan dengan baik. Infeksi mengendalikan yang kita miliki, termasuk pemakaian masker. Mungkin harus ada sampai pertengahan Juni tahun depan, ketika vaksin akhirnya tiba," kata Hui.

Baca Juga: Raja Salman Sedih Melihat Suasana Ramadan yang Sepi di Tengah Wabah Corona: Tak Dapat Lakukan Doa Bersama dan Tarawih di Masjid

Oleh karena itu, saat membahas langkah-langkah sosial, ia menekankan bahwa seharusnya tidak terburu-buru untuk membuka kembali perbatasan.

Hui menambahkan, jika jumlah kasus baru lokal tetap rendah dalam dua minggu ke depan, beberapa langkah yang lebih longgar dapat diambil.

Langkah itu di antaranya, semua pegawai negeri kembali ke tempat kerja masing-masing, perusahaan tertentu buka kembali, hingga membuka akses sekolah-sekolah.

Mela Arnani

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mana yang Lebih Parah bagi Tubuh, Efek Virus Corona atau SARS? Ini Kata Ahli"

Artikel Terkait