Advertorial

'Lotus Feet', Standar Kecantikan China yang Menyimpan Kisah Pilu Lain

Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad
Muflika Nur Fuaddah
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com- Lotus feet atau kaki teratai merupakan kondisi kaki dengan telapaknya yang dimodifikasi sedemikian rupa.

Cara memodifikasi atau mengubah kaki dari bentuk normalnya adalah dengan mematahkan dan mengikatnya.

Selama puluhan tahun di China, tulang belulang gadis muda patah dan kaki mereka terikat erat dalam proses menyakitkan agar lebih diinginkan oleh pria.

Kaki cacat mereka yang mungil itu akan terlihat indah dalam balutan sepatu sulam.

Baca Juga:Rohimah sang Penipu, Mantan Guru Agama dengan Empat Nama dan Enam Suami

Hal itu kemudian diklaim menjadi cara untuk menunjukkan status sosial mereka pada zamannya.

Namun dilansir dalam Huffington Post, ada alasan lain dibalik praktik lotus feet.

Penelitian yang dilakukan oleh Lauren Bossen menunjukkan bahwa dengan kaki terikat, maka para gadis dapat lebih mudah dimanfaatkan untuk membuat tekstil.

Baca Juga:Gampang Tersinggung, 1 dari 11 Tanda Orang dengan EQ Lemah

Sementara narasi sejarah mengatakan bahwa hanya para bangsawan yang memiliki lotus feet.

Penelitian mengungkap bahwa pengikatan kaki tersebar luas di antara populasi petani (orang biasa).

Hal itu mematahkan keyakinan bahwa mengikat kaki adalah simbol dari status elit seseorang.

Baca Juga:Videonya Viral, Pria Dewasa yang Menendang Anak Kecil Ini Justru Akan Menuntut Ibu si Anak. Duh, Siapa yang Salah?

Semua wanita yang disurvei, lahir ketika adat mengikat kaki masih merupakan tradisi yang diterima.

Laurel Bossen tidak mengetahui pasti kapan dimulainya tradisi ini.

Tapi dia meyakini itu telah ada lebih dari 1.000 tahun yang lalu.

Baca Juga:Punya Tahi Lalat? Jika Letaknya Ada di 6 Bagian Ini, Anda Mungkin Orang yang Beruntung

Jenis pengikatan kaki yang dipraktikkan di pedesaan begitu ketat.

Para ibu mengikat kaki gadis-gadis muda agar mereka tetap diam dan bekerja dengan tangan mereka.

Yakni dengan memintal atau menyulam benang menjadi baju atau benda yang dapat digunakan serta dijual keluarga.

"Ibu yang mengikat kaki putri mereka memiliki kepentingan sendiri untuk memanfaatkan mereka," kata Bossen.

Baca Juga:Kisah Joy Arcilla , Wanita Cantik yang Gigih Melawan Kanker dan Merelakan Tangannya Diamputasi

Berdasarkan temuan ini, para pemilik lotus feet nampaknya tak mendapatkan pengakuan agung seperti yang dinarasikan selama ini.

Bossen menjelaskan bahwa praktik itu sangat opresif dan merenggut dunia bergerak dan bermain mereka.

Namun, Bossen juga tidak menyangkal bahwa lotus feet diciptakan untuk membuat wanita tampak lebih diinginkan oleh pria.

Baca Juga:Dulu Cantik, Mantan Model Ini Meninggal Karena Digerogoti Kudis Ganas

Kisah-kisah yang ditulis oleh para wanita dengan lotus feet pada abad ke-19 membuktikan kebenaran itu.

Para wanita itu percaya bahwa semakin ketat pengikatan kaki, suami mereka akan semakin tertarik.

Praktik pengikatan kaki sendiri mulai dilarang pada 1912 oleh pemerintah.

Namun tidak hanya sekadar menjadi trend kecantikan (objek seksual), penelitian ini menunjukkan ironi kepentingan ekonomi dibaliknya.

Baca Juga:Foto-foto Ini Menunjukan bahwa Sampah Plastik Merupakan Ancaman Mematikan Bagi Makhuk Hidup

Artikel Terkait