Advertorial
Intisari-Online.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani mewakili pemerintah Indonesia menerbitkan surat berharga negara (SBN) bertenor 50 tahun.
Kementrian Keuangan menerbitkan tiga seri Surat Utang Negara (SUN) global berdenominasi US Dollar (USD Bonds) dengan total nominal sebesar US$ 4,3 miliar.
Salah satu seri yang diterbitkan yaitu bertenor 50 tahun, ini merupakan seri dengan tenor terpanjang dalam sejarah penerbitan surat utang Indonesia.
Penerbitan SBN dalam bentuk global bonds seri RI0470 itu akan jatuh tempo pada 15 April 2070 mendatang.
Melansir Kompas.com, penerbitan obligasi pemerintah senilai 1 miliar dollar AS tersebut memiliki imbal hasil atau yield 4,5 persen.
Sebelum ini, pemerintah pernah menerbitkan surat utang dengan tenor terlama maksimal 30 tahun.
Sri Mulyani mengatakan, tujuan diterbitkannya surat utang tersebut adalah untuk menjaga sumber pembiayaan APBN pemerintah tetap aman.
Dana yang didapat dari global bond itu juga akan digunakan untuk menambah cadangan devisa negara di Bank Indonesia (BI).
"Pemanfaatan dari penerbitan ini yang tadi malam dieksekusi adalah sangat positif, di tengah turbulensi pasar keuangan global," kata Sri Mulyani, Selasa (7/4/2020), dikutip dari Kompas.com.
Sri Mulyani menerangkan, Indonesia menjadi negara Asia pertama yang berani menerbitkan surat utang global bertenor setengah abad di tengah pandemi Covid-19.
"Ini adalah penerbitan terbesar di dalam sejarah penerbitan US dollar bonds oleh pemerintah RI."
"Ini juga merupakan negara pertama di asia yang menerbitkan sovereign bonds sejak covid-19 terjadi," jelasnya.
Pemerintah kata Sri Mulyani, ingin menunjukkan kepada investor mengenai kondisi ekonomi Indonesia yang terjaga secara fundamental.
"Ini secara implisit menunjukkan kepercayaan investor terhadap rekam jejak ekonomi dan pengelolaan keuangan negara Indonesia,” tuturnya dalam konferensi pers virtual, dikutip dari Kontan.co.id.
Pemanfaatan tenor 50 tahun ini disebabkan preferensi dari investor global terhadap tenor bonds jangka panjang cukup kuat.
Hal ini mampu menekan yield yang dianggap baik, menunjukkan risiko dan appetite dari investor, kata Mekeu.
Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa tenor jangka panjang ini dapat memberikan profil jatuh tempo yang lebih seimbang antara beban surat utang jangka pendek, menangah dan panjang.
"Dengan tenor baru, kita ciptakan acuan tenor baru bagi surat utang negara Indonesia."
"Dan tentu kita juga menggunakan tenor 50 tahun dalam rangka capitalize kurva tenor jangka panjang yang cendeurng flat," ucap Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, mengutip Kompas.com.
Dalam hal ini, flat artinya dalam jangka panjang tidak memberikan perubahan terlalu besar dalam SBN yield, sehingga biayanya tidak terlalu meningkat, namun dengan jangka panjang yang lebih besar.
Sri Mulyani mengatakan, posisi yield yang didapatkan pemerintah pada penerbitan kali ini jauh lebih baik ketimbang penerbitan pada tahun 2015 dan 2018.
Di mana pada tahun tersebut, terjadi arus modal keluar (capital outflow) yang cukup besar dan pelemahan kurs rupiah yang signifikan.
“Kita mampu mendapatkan pricing atau yield yang lebih favorable atau lebih rendah."
"Ini sesuatu yg cukup positif menggambarkan reputasi Indonesia yang cukup stabil selama ini,” pungkasnya.
Adapun ketiga seri surat utang global yang dikeluarkan pemerintah Indonesia yakni seri pertama, RI1030 bertenor 10,5 tahun dengan nominal US$ 1,65 miliar dengan imbal hasil (yield) sebesar 3,9%.
Seri kedua, RI1050, bertenor 30,5 tahun dengan nominal US$ 1,65 miliar dan yield sebesar 4,25%.
Sementara seri ketiga, RI0470, bertenor 50 tahun dengan nominal US$ 1 miliar dan yield sebesar 4,5%. (*)
Artikel ini pernah tayang di Sosok.grid.id dengan judul "Jangan Kaget! Terbesar Sepanjang Sejarah Indonesia, Sri Mulyani Terbitkan Surat Utang Negara Bertenor Setengah Abad, Bakal Jatuh Tempo di Tahun 2070"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari