Advertorial
Intisari-online.com - Selama ini China adalah negara pertama di dunia yang menjadi sumber wabah virus corona.
Namun, negara tersebut justru mencatatkan kasus lebih sedikit daripada negara lain, seperti Italia dan Amerika Serikat.
Hal itu mendorong beberapa pakar untuk menyelidiki kemungkinan China menutup-nutupi situasi di negaranya.
Melansir Daily Star pada Kamis (2/4/2020), China dituduh melakukan kebohongan tentang tingkat penyebaran virus corona.
Baca Juga: Lebih Pilih PSBB, Akhirnya Presiden Joko Widodo Blak-blakan Ungkap Alasan Tak Mau Lockdown
Mereka dianggap telah menutupi jumlah kematian sebenarnya, dan beberapa fakta tentang kecerobohan mereka dalam menghadapi wabah ini.
Awalnya tuduhan itu dialamatkan karena China memiliki pasar hewan yang dianggap menyebarkan virus hingga kemudian diselidiki.
Kemudian, pemerintah Inggris, juga menuduh China telah berbohong tentang tingkat penyebarannya, lapor Sky News.
Pada awal wabah itu muncul kecerobohan China adalah mengabaikan peringatan dari para dokter di negerinya sendiri.
Saat itu beberapa dokter dihukum oleh otoritas China karena melaporkan virus corona untuk pertama kalinya.
Orang tersebut adalah Dr Li Wenliang, yang kemudian juga meninggal karena virus corona, dia pernah memberi peringatan sebelum wabah itu mengacaukan dunia.
Namun pemerintah China malah menangkapnya dan menuduhnya menyebarkan hoax.
Karena pada saat itu dia terang-terangan menerbitkan 7 kasus yang terjadi di pasar hewan ekstrem tersebut.
Namun, setelah wabah tersebut menyebar ke seluruh dunia, China mencoba memutar balikkan fakta.
Zhaoi Lijian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengangkat teori bahwa virus tersebut berasal dari AS yang dibawa ke China oleh angkatan darat AS di pertandingan dunia Militer.
Dia mengatakan dalam tweetnya, "Militer AS membawa virus ke Wuhan."
Media Global Times juga menyebut Italia, sebagai biang keladi dari virus ini, namun tidak ada bukti kuat untuk mendukung kasus ini.
Sementara kebohongan lain yang dituduhkan pada China, mereka enggan menyerahkan informasi yang dapat membantu pencegahan penyebaran.
Mereka tidak mencari bukti valid tentang keberadaan pasien nol, yang kemungkinan di tutupi oleh China.
Meskipun China telah mengirim pasokan medis ke beberapa negara, ada beberapa negara Eropa yang melaporkan bahwa barang yang dikirim di bawah standar.
Misalnya Belanda mengeluhkan masker kiriman China, hingga alat tes yang diragukan oleh Spanyol.
Baca Juga: Peduli Tubuhmu: Ini 10 Latihan yang Dapat Dilakukan Agar Tetap Berolahraga dari Balik Meja Kerja
Sementara hal itu memicu kemarahan dari sejumlah kalangan, seperti Australia.
Melansir Daily Mail, Anggota Parlemen Pemerintah Australia George Christensen meminta China bertanggung jawab atas wabah ini.
China dituduh tidak tanggap dan teledor dalam melakukan pencegahan hingga berakhir pada lonjakan kasus dalam jumlah mengkhawatirkan.
Bahkan pemerintah luar negeri meragukan laporkan korban yang dirilis oleh China dan menyebut jumlahnya kemungkinan lebih besar.
Senator Republik dan mantan calon Presiden AS mengatakan, "Kami tidak punya gambaran, berapa banyak kasus yang benar-benar dimiliki oleh China."