Advertorial
Intisari-Online.com -Apakah Anda atau orang yang Anda kenal mudah tersinggung?
Coba tes dengan menjawab pertanyaan ini:
1.Apakah Anda mudah meledak marah hanya karena kesalahan kecil?
2.Apakah orang-orang berkata Anda membangun tembok pembatas di sekitar Anda?
Baca juga:Janggal, Satu Liang Makam Prasejarah Misterius Ini Berisi Tiga Tubuh
3.Apakah Anda sering melakukan kesalahan?
4.Apakah orang merasa tidak nyaman ketika bersama dengan Anda?
5.Apakah orang lain berpikir Anda sulit untuk dihadapi?
Jika ya, maka hipersensitif sudah menggerogoti kebahagiaan pribadi Anda.
Baca juga:Gempar, Anak Bung Karno yang Pernah Jadi Kondektur Bemo dan Jualan Es di Manado
Tipikal orang yang terlalu sensitif akan mudah terpancing emosinya.
Siapa yang bisa bahagia jika hidup dalam kemarahan dan kejengkelan terus-menerus?
Untuk menghentikannya cobalah 6 cara berikut ini!
Baca juga:Mafia Amerika Tak lagi Menyeramkan, Inilah Lima Gangster Terbesar di Dunia Saat Ini
1. Mengingatkan diri sendiri saat mulai tersinggung
Sebetulnya cukup simpel, saat kepala Anda mulai panas akan sikap orang lain, cobalah untuk bertanya pada diri sendiri “mengapa saya harus marah?”, “Apakah ini layak untuk dipermasalahkan?”, “Ini bukanlah kesalahan yang harus dibesar-besarkan”.
Selain itu cobalah untuk mencari alasan lain yang bisa meredam ketersinggungan Anda. “Ah, tidak perlu diambil hati”, “mungkin dia tidak bermaksud”
Ingat, alasan yang membuat kita mudah tersinggung adalah karena salah mempersepsikan pesan yang kita tangkap dari perkataan atau perlakuan orang lain.
Jadi cobalah balikkan cara pandang Anda ketika rasa tersinggung mulai muncul.
2. Posisikan diri Anda sebagai pelaku
Agar kita tidak terlalu tersinggung akan ucapan maupun sikap orang lain, belajarlah untuk menempatkan diri kita dengan perspektif pelaku.
Dengan begitu kita akan menyadari bahwa maksud si pelaku untuk menyakiti kita tidak sebesar respons tersinggung itu sendiri.
3. Asumsikan motif baik di balik sikap orang lain
Kebanyakan kita tersinggung karena berpikir ada niat buruk dan motivasi yang jahat dari pelaku.
Jika Anda berhadapan dengan kondisi ini, coba pikirkan dan asumsikan niat dan motif baik yang mungkin saja ada di balik sikap dan ucapan pelaku.
Mungkin perkataannya tidak enak didengar namun bisa saja ada maksud baik yang terkandung dalam perkataan itu.
4. Latihan untuk membedakan sikap orang lain
Banyak orang yang mudah tersinggung karena ia tidak bisa membedakan pikiran dan emosinya.
Ketika seseorang sudah sangat erat memegang prinsip dan pola pikirnya sendiri, ia akan sulit menerima pemikiran orang lain.
Akibatnya mudah untuk merasa ditolak, disakiti, dan diabaikan.
Untuk mengatasi sensitivitas yang terlalu berlebihan itu, kita harus berpikir bahwa “perkataan” seseorang tidak sepenuhnya mewakili seluruh sikap orang lain.
5. Belajar rendah hati
Kalau kita rendah hati, kita akan belajar untuk merespons perkataan atau perbuatan orang lain dengan hati yang luas.
Kerendahan hati bukan tindakan bodoh yang membuat kita menjadi tidak tegas, namun sebuah sikap bijaksana untuk menyelamatkan diri kita dari pikiran bodoh dan sakit hati.
6. Kebenaran lebih penting ketimbang dianggap benar
Jangan biasakan telinga kita untuk mendengarkan kebenaran yang hanya ingin kita dengar.
Ingatlah kalau kebenaran memang bisa mengoreksi sesuatu yang salah dalam diri kita.
Jika orang lain menegur, mengingatkan, atau menyampaikan kebenaran (sekalipun dengan cara yang tidak enak didengar), upayakan untuk menghargai kebenaran yang disampaikannya itu.
Jangan karena ingin membela diri dan dianggap benar, kita mengabaikan kebenarnya yang sesungguhnya.