Advertorial
Intisari-online.com -Siang itu di Lumajang, para pekerja sedang mempersiapkan miniatur roket untuk bisa diuji.
Total kurang lebih 6 pekerja sedang memperbaiki sayap miniatur roket berwarna jingga kehitaman dan menempatkan miniatur sepanjang 2 meter di landasan baja berwarna biru tua.
Para pekerja LAPAN, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional tersebut rupanya sedang berusaha untuk menguji apakah miniatur roket tersebut layak terbang.
Saat sudah siap, pekerja pun berteriak bersama-sama.
"Tiga...dua...satu...!!!"
Roket segera meluncur keluarkan semburan api dan terbang beberapa ratus meter sebelum akhirnya menabrak tumpukan batu.
Meski begitu, uji peluncuran miniatur roket tersebut sudah dianggap berhasil, sebab para ilmuwan sudah berikan kedua jempolnya, tanda jika miniatur roket telah lolos uji kelaikan.
Uji kelaikan ini adalah langkah kecil dari ribuan langkah yang harus Indonesia lakukan untuk capai kemajuan bidang antariksa seperti Kontrol Misi di Houston, Amerika Serikat.
Namun Indonesia sudah berani menjawab permintaan dan tantangan NASA untuk memajukan dunia antariksa kita dengan rencana membangun bandar antariksa pertama di kepulauan Indonesia.
Dan di manakah bandar antariksa LAPAN akan dibangun?
Lilis Mariani, kepala Pusat Teknologi Roket LAPAN, dilansir dari South China Morning Post, mengatakan "kami telah bermimpi untuk meluncurkan satelit kami sendiri, luncurkan roket 200 atau 300 kilometer ke luar angkasa dalam 5 tahun ini."
Beberapa ahli ragukan apakah mungkin 5 tahun bisa mewujudkan ambisi LAPAN tersebut, dan pihak LAPAN jawab dengan itu semua bergantung apakah Jakarta akan memberi tunjangan dan bantuan dana.
Baca Juga: Ini 10 Manfaat Buah Plum untuk Kecantikan, Salah Satunya untuk Membuat Kulit Wajah Tampak Lebih Muda
Ada kebangkitan kembali mengenai ketertarikan internasional dalam bepergian ke luar angkasa bahkan untuk mengkolonisasinya, dengan NASA rencanakan kirim 2 astronot ke bulan pada 2024.
2024 menjadi 55 tahun sejak misi terakhir mereka ke bulan, yaitu pada 1969 silam oleh Apollo 10.
Melansir Wikipedia, NASA telah luncurkan beberapa misi ke bulan, dimulai dari Apollo 8 pada Desember 1968, Apollo 10 pada Mei 1969.
Selanjutnya di tahun yang sama pada Juli 1969 Apollo 11 diluncurkan ke bulan kembali oleh Neil Armstrong menjadi manusia pertama yang berjalan di bulan.
Apollo 13 diluncurkan untuk lanjutkan misi tersebut tetapi akibat malfungsi roket, Apollo 13 yang diluncurkan pada 11 April 1970 hanya dapat mengorbit bulan dan tidak mendarat.
Kini, pihak administrasi Trump telah memberi pendanaan lebih untuk luncurkan misi ke bulan dan juga untuk bepergian ke planet Mars.
SpaceX, firma swasta antariksa yang dimiliki pimpinan Tesla, Elon Musk, telah mengatakan sebagian kru mereka akan luncurkan pada awal tahun ini, sedangkan seri misi Virgin Galactic diselesaikan pada 3 tahun berikutnya.
LAPAN masih dianggap bagaikan ikan kecil dibandingkan para badan antariksa raksasa di Asia seperti milik Jepang, China dan India.
Walau LAPAN telah memiliki keberhasilan mengagumkan dalam pengembangan penelitian teknologi satelit, tetapi LAPAN masih ingin buktikan keunggulannya untuk kirimkan roket buatan Indonesia sendiri ke orbit luar angkasa.
Kembali pada pengujian di Lumajang, Jawa Timur, ilmuwan LAPAN telah puas dengan kemampuan roket tersebut, terutama dalam kecepatan, pergerakan dan spesifikasi lain.
Sri Kilawati, kepala program kontrol roket menyebut "miniatur itu sudah stabil saat take off dan bergerak dengan manuver yang baik.
"Tujuannya adalah untuk pelajari kontrol roket. Roket terbang dengan laju sangat cepat sehingga kita harus teliti pergerakan mereka," tambahnya.
Luncurkan roket pada 5 tahun ke depan memerlukan 'loncatan kepintaran dan teknologi' yang sangat besar, seperti disebutkan oleh Lavi Zuhal, kepala insinyur antariksa di ITB.
"LAPAN masih jauh tertinggal di urusan teknologi, walaupun sudah sukes kembangkan satelitnya.
"Insinyur di LAPAN juga belum kuasai teknologi roket dengan baik," tambahnya.
Kilawati menyebut untuk meraih mimpi tersebut tidak hanya bergantung pada teknologi, pendanaan pemerintah juga diperlukan untuk kemajuan antariksa Indonesia.
LAPAN dibangun pada awal tahun 60-an, dan sejak saat itu telah memiliki satelit komunikasi yang diluncurkan ke luar angkasa dengan bantuan Amerika Serikat, yang juga satelitnya dirancang oleh Amerika Serikat.
LAPAN pernah berencana mengirim astronot ke luar angkasa dengan NASA, tetapi rencana itu tidak terlaksana setelah kecelakaan misi pesawat ulang alik 1986 dan sejak saat itu belum ada kesempatan lagi.
Kini, LAPAN juga berkomunikasi dengan Rusia untuk mengirim satu astronot dalam misi antariksa Rusia selanjutnya.
Selama ini LAPAN telah bekerjasama dengan Amerika, Jerman, Jepang dan Ukraina untuk kembangkan teknologi roket dan satelit.
Satelit buatan Indonesia sejumlah 2 satelit yang digunakan untuk upaya mitigasi bencana alam telah diluncurkan ke orbit oleh India pada tahun 2015.
Namun, tantangan luncurkan roket sendiri dalam 5 tahun ke depan masih berhadapan dengan infrastruktur negara dan daerah.
Daerah yang ingin dijadikan bandar antariksa LAPAN adalah Papua, di salah satu tepi pantainya.
Papua dipilih dibandingkan di pulau Jawa karena di Jawa populasinya sudah cukup padat dan tidak ada tempat untuk roket ukuran besar.
Papua juga ideal untuk kurangi biaya bahan bakar dan dapat menarik para investor untuk luncurkan satelit mereka.
Jika berhasil, tidak hanya membuat Indonesia diakui oleh negara lain, tetapi juga akan sangat menginspirasi warga Indonesia.