Advertorial
Intisari-Online.com - Terus bertambahnya pasien virus corona di Inggris memungkinkan bahwa rumah sakit akan menolak perawatan untuk pasien yang lebih tua dan lemah demi mereka yang memiliki peluang terbaik untuk pulih.
Melansir Thesun.co.uk (28/2/2020), Hal itu sesuai dengan protokol 'Three Wise Men', di mana tiga dokter senior akan memilih siapa yang akan mendapatkan tempat tidur dan perawatan ketika terjadi penumpukan pasien.
Protokol 'Wise Man' itu sendiri dikembangkan oleh Komite National Health Service (NHS) Inggris tentang aspek etis pandemi influenza.
Hal itu dilakukan untuk meminimalkan bahaya yang disebabkan oleh pandemi.
Seorang dokter di Inggris mengungkapkan pendapatnya tentang bagaimana skenario yang mungkin terjadi ketika pasien virus corona terus melonjak.
"Jika Anda dapat membayangkan skenario terburuk yang nyata di mana pasokan secara besar-besaran melampaui permintaan, kami harus menolak untuk mengakui banyak orang yang biasanya mendapatkan ventilasi," katanya.
Sementara itu konsultan perawatan kritis lain dari rumah sakit besar di London Selatan mengatakan bahwa mereka akan membuat keputusan tentang kehidupan seseorang.
"Tidak ada kelonggaran dalam sistem," tegasnya.
Dikabarkan jumlah total kasus virus corona di Inggris telah meningkat menjadi 16, setelah 3 orang baru didiagnosis kemarin.
Tes positif pertama untuk virus ini terjadi di Irlandia Utara dan telah dikonfirmasi pada briefing di Belfast.
Badan Kesehatan Masyarakat mengatakan mereka 'bekerja cepat' untuk mengidentifikasi siapa saja yang berinteraksi dengan pasien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Rupanya pasien baru saja kembali dari Italia dan sebelumnya ke Dublin.
Selain timbul kepanikan atas virus corona itu sendiri, kepanikan lain terjadi untuk persediaan makanan, obat-obatan, masker, dan sanitiser tangan.
Sebelumnya, Kepala Petugas Medis Inggris, Profesor Chris Witty memperingatkan bahwa transmisi lanjutan antara orang-orang yang belum pernah ke hotspot virus corona adalah 'hanya masalah waktu'.
"Jika ini epidemi global, maka Inggris akan mendapatkannya," katanya.
"Salah satu hal yang sangat jelas dengan virus ini, lebih dari flu, adalah apa pun yang kita lakukan harus kita lakukan untuk jangka waktu yang cukup lama, mungkin lebih dari dua bulan.
"Ini adalah sesuatu yang kita hadapi sebagai masalah yang sangat serius bagi masyarakat berpotensi jika ini tidak terkendali," sambungnya.
Kasus Infeksi Virus Corona di Korea Selatan Terus Melonjak
Ketika kasus baru virus corona di China dikatakan menurun, belakangan justru kasus di negara lain terus meningkat.
Seperti yang cukup menyita perhatian akhir-akhir ini yaitu penyebarannya di Korea Selatan.
Korea Selatan sejauh ini menjadi negara di luar China dengan kasus virus corona terbanyak.
Hingga (25/2/2020) siang, sebanyak 977 kasus terkonfirmasi positif ditemukan di Korea Selatan. Selain itu, 10 orang dinyatakan meninggal dunia akibat virus ini.
Baca Juga: Tidak Hanya Wanita, Pria pun Punya 6 Daerah Sensitif Seksual untuk Membuat Mereka Puas, Ini Dia!
Terkait kasus di Korea Selatan yang meonjak secara tiba-tiba, disebut ada kemungkinan bahwa anggota kelompok Kristen di Gereja Shincheonji yang saling menginfeksi kemudian menyebar ke seluruh negeri.
Melansir BBC, pihak berwenang telah mengidentifikasi kelompok Kristen di Gereja Shincheonji sebagai jantung dari wabah ini.
Para pejabat kesehatan Korea Selatan yakin jika seorang jemaat berusia 61 tahun yang pekan lalu di tes positif mengidap virus corona, termasuk yang pertama kali terinfeksi dan sekarang menjadi pusat penyelidikan.
Kisah Keluarga di China yang Kesulitan Mendapatkan Perawatan Virus Corona
Saat pasien virus corona melonjak bukan tidak mungkin jika sebagian pasien akan terlantar.
Seperti pengalaman yang dikisahkan oleh seorang gadis bernama Liu Mengdi (25) beberapa waktu lalu melalui sebuah buku harian.
Bukan hanya harus menghadapi tragedi saat kakeknya meninggal karena virus corona dan ayahnya terinfeksi, keluarga Liu juga harus merasakan sulitnya mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Ketika menghubungi komite lingkungan setempat yang ditugasi untuk menangani virus corona, keluarga Liu tak kunjung mendapat bantuan.
Akhirnya gadis ini menempuh cara lain, yaitu meminta pertolongan lewat media sosial.