Advertorial
Intisari-Online.com – Seorang perempuan muda dengan pakaian modis tampak sedang berkonsentrasi.
Lalu ia melemparkan bola gelinding pada line.
Sayang, jajaran gada (pin) yang menjadi sasaran hanya sedikit yang terjatuh.
Perempuan itu kembali duduk di kursi dengan senyum dan tawa yang ditujukan kepada kerabat dan beberapa temannya yang juga ikut bermain bersamanya.
BACA JUGA: Usut Asal: Awal Mula Gagasan Mencuci Tangan
Penggalan kisah dari sebuah majalah ponsel edisi Mei 2004 itu menggambarkan suasana permainan boling di salah satu sudut Kota Malang, tepatnya di Club House Istana Dieng.
Boling akhir-akhir ini mulai populer lagi - terutama bagi warga di kota-kota besar di Indonesia. Padahal, siapa sangka kalau olahraga ini temyata sudah lama mulai dimainkan orang.
Jejak boling sudah dijumpai di dalam piramid Mesir, dengan ditemukannya bola-bola batu mungil dan gada yang berasal dari masa 5200 SM.
Benda-benda itu ditemukan oleh antropolog Inggris, Sir Flinders Petrie, pada 1930 di dalam kuburan kuno.
Boling kala itu sudah mirip dengan apa yang kita kenal saat ini, yakni menggelindingkan bola (dari batu) ke jajaran objek sejauh 18,29 m - sama jaraknya dengan permainan sekarang.
Bahkan konon olahraga lempar-melempar bola ini sudah dikenal sebelumnya pada masa Babilonia, Funisia, dan Karthago.
Sekitar tahun 1920 SM saat Julius Caesar berkuasa, rakyat di daerah Alpine, Italia, sudah menyukai permainan ini. Mereka menyebutnya bocce.
Permainan ini memang punya banyak nama, seperti bowls, skittles, kegling nine pin, dutch pin, atau quilles.
Pada masa Jerman kuno boling menjadi bagian dari acara keagamaan. Di sini gada dianggap sebagai simbol kejahatan (setan).
Lalu setan itu harus dienyahkan oleh para jemaah gereja dengan cara melemparkan atau menggelindingkan bola terbuat dari batu.
BACA JUGA: Setan, Hobit, atau Kanibal? Inilah Legenda Suku Rahasia Flores
Nah, jika gagal mengenai gada, pelempar harus melakukan penebusan dosa agar kehidupannya bersih.
Setelah abad ke-13, boling dengan berbagai jenis aturan berbeda dimainkan di Jerman dan EropaTengah. Jumlah gada tetap seperti sekarang, yakni sembilan.
Inggris dan belahan Eropa lainnya bam tertoena "lemparannya" pada abad ke-15 sampai ke-17.
Dalam "gelindingannya" laju olahraga ini tidaklah mulus. Di Inggris, boling sembilan gada dilarang oleh Raja Edward III dan Raja Richard II (abad ke-14) dengan alasan buang-buang waktu dan tidak tepat untuk metode persiapan perang.
Raja Henry VIII juga memberangus permainan ini, tetapi diam-diam dia memiliki arena boling pribadi.
Dari Eropa dengan perantara orang-orang Belanda, boling sembilan gada menyeberang Lautan Atlantik dan mendarat di Amerika pada abad ke-17.
Sejak itu olahraga ini menjadi sangat terkenal. Sayangnya, aroma dan intrik perjudian di arena ini membuat Negara Bagian Connecticut melarangnya pada tahun 1981.
Langkah ini diikuti beberapa negara bagian lainnya.
BACA JUGA:Pasukan Legiun Asing Prancis, Tentara Militan yang Jika Bertempur Seperti Orang Kerasukan Setan
Otak para penjudi toh jeli juga. Berhubung yang dilarang hanya boling sembilan pin, maka di awal abad ke-18 diciptakanlah boling 10 pin.
Nah, lo! Peraturan pun dengan mudah ditelikung, dan tahun 1895 berdirilah American Bowling Congress (ABC).
Itulah organisasi boling laki-laki dengan 10 gada yang membuat standardisasi peraturan, perhitungan angka dan peralatan, serta memprakarsai kejuaraan nasional pertama pada 1901.
Perempuan pun tak kalah gerak, mereka mendirikan organisasi tandingan Women's International Bowling Congress (WIBC) pada 1916.
Revolusi boling terjadi tatkala penataan gada yang semula manual diubah menjadi otomatis pada tahun 1950.
Maka menjamuriah arena boling di seantero jagad, bahkan kembali ke Eropa.
Tahun 1960-an boling merambah ke negara-negara Jepang, Rlipina, Muangthai, Singapura. Jakarta, tepatnya di Hotel Kartika Plaza, baru dirambah arena boling tahun 1970. (Riyadi)