Advertorial

Tak Bisa Hentikan Virus Corona Hingga Korbanya Mencapai Angka 1.000, China Berang dan Marah Besar Ketika Disinggung Amerika Mengenai Hal Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Banyak pakar militer dunia saling menyinggung bahwa virus corona sebenarnya adalah senjata biologis yang bocor ke publik.
Banyak pakar militer dunia saling menyinggung bahwa virus corona sebenarnya adalah senjata biologis yang bocor ke publik.

Intisari-online.com - Virus corona telah menjadi musuh utama dunia sejak muncul di China sekitar satu bulan lalu.

Laju dari virus ini sangat cepat dan belum melambat sampai saat ini.

Menurut update terbaru korban yang meninggal akibat virus coronya sudah melebihi angka 1.000, pada hari ini Selasa (11/2/20).

Banyak spekulasi bermunculan bahwa virus itu menyebar melalui kelelawar atau hewan ekstrem yang kerap menjadi santapan orang China.

Baca Juga: Bak Kasus Vina Garut Jilid 2 , Pria Asal Pasuruan Ini Jual Istrinya Pada 4 Pria Lalu Merekamnya Saat Berhubungan Intim, Istrinya Hanya Diberi Uang Tak Seberapa Ini

Terbaru ilmuwan menyebut bahwa virus ini dibawa oleh trenggiling, karena genomnya 90% sama.

Namun, spekulasi juga muncul dan disebutkan bahwa virus corona dibuat oleh manusia.

Bahkan banyak pakar militer dunia saling menyinggung bahwa virus corona sebenarnya adalah senjata biologis yang bocor ke publik.

Mengutip Express.co.uk Selasa (11/2/2020) Senator Amerika Tom Cotton yang duduk di Komite Intelijen dan Angkatan Bersenjata menyalahkan virus itu karena berasal dari program perang biologis China.

Baca Juga: Terpaksa Jual 3 Sendok Demi Beli Beras, Mbah Sadinah Masih Saja Ingin Bantu Orang Susah saat Diberi Bantuan Sapi, Bahkan Masih Ingin Tetap 'Ngutang'

Namun, mendengar hal itu Dua Besar Tiongkok untuk AS Cui Tiankai membalas klaim itu dengan berang dan bernada keras dengan menyebutnya gila.

Diplomat Cina itu menyatakan "sangat berbahaya untuk menimbulkan kecurigaan" dan memperingatkan hal itu dapat menyebabkan diskriminasi rasial dan xenophobia.

Dia mengatakan kepada jaringan AS CBS, "Saya pikir itu benar bahwa banyak yang masih belum diketahui dan para ilmuwan, ilmuwan Cina, ilmuwan Amerika, ilmuwan dari negara lain sedang melakukan yang terbaik untuk mempelajari lebih lanjut tentang virus, tetapi sangat berbahaya."

"Sangat berbahaya untuk menimbulkan kecurigaan, rumor dan menyebarkannya di antara orang-orang.Untuk satu hal, ini akan membuat panik," katanya

"Hal lain yang akan menangkal diskriminasi rasial, xenophobia, semua hal ini, yang benar-benar akan merusak upaya bersama kita untuk memerangi virus," tambahnya.

Tentu ada banyak spekulasi dan rumor yang mengatakan bahwa virus itu berasal dari laboratorium militer.

Baca Juga: Berani-beraninya Pria Ini Perkosa Wanita Lain di Toilet Kereta Padahal Pergi Bareng Istri, Modusnya Tolong Korban yang Sedang Sakit, Kini Akhirnya Pelaku Dapatkan Ganjarannya

"Ada orang yang mengatakan bahwa virus ini datang dari beberapa laboratorium militer, bukan dari Cina, mungkin di AS.Bagaimana, bagaimana kita bisa percaya semua hal gila ini?" jelasnya.

Tiangkai bersikeras bahwa penelitian mengindikasikan corona virus berasal dari hewan.

Sedangkan tuduhan bahwa corona virus adalah senjata biologis itu tidaklah benar.

"Kami masih belum tahu.Mungkin menurut beberapa hasil awal penelitian, mungkin berasal dari beberapa hewan.Tetapi kita harus menemukan lebih banyak tentang itu," katanya.

Jumlah orang yang terbunuh oleh coronavirus telah melampaui jumlah orang yang meninggal karena Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada 2002/2003.

Sejauh ini korban meninggal akibat virus corona berjumlah 1.013 di provinsi Hubei.

Laporan ini meningkatkan jumlah kematian total di pusat epidemi menjadi sebanyak 974 kasus.

Baca Juga: Bisa Beli Mobil Mewah Seharga Rp 1 Miliar Lebih, Kerjaan Pria Ini Hanya Duduk Manis Sambil Main Game Online Lho! Simak Kisahnya Berikut Ini

Tambahan lain jumlah yang terinfeksi virus corona meningkat sebanyak 31.728 kasus.

Lebih dari 25.000 pasien telah dibawa ke rumah sakit di Hubei, termasuk 1.298 di antaranya yang berada dalam kondisi kritis.

Dari jumlah tersebut, sebanyak lebih dari 2.000 pasien telah disembuhkan dan keluar dari rumah sakit.

Di luar China, lebih dari 300 kasus telah dikonfirmasi, termasuk 12 kasus di Amerika Serikat.

Artikel Terkait