Advertorial

Derita Para PSK Asal China, Akibat Wabah Virus Corona, 'Dagangannya' Menjadi Tidak Laku dan Alami Diskriminasi, Hingga Terpaksa Lakukan Hal Ini Supaya Tetap Laku

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Dampak virus corona ternyata menyebabkan mereka menjadi tidak laku di mata pelanggannya hanya karena mereka orang China.
Dampak virus corona ternyata menyebabkan mereka menjadi tidak laku di mata pelanggannya hanya karena mereka orang China.

Intisari-online.com - Sudah hampir menginjak 1 bulan lebih sejak virus corona menebar ancaman di negeri panda.

Hingga saat ini virus corona telah membunuh setidaknya 425 orang, sisanya sebanyak 17 ribu lebih terjangkit virus ini di China.

Bahkan organisasi kesehatan dunia WHO memperingatkan dunia bahwa wabah ini telah menyabkan dunia dalam situasi darurat.

Parahnya lagi, obat dari penyakit ini belum ditemukan, hanya sebagian besar penderitanya sembuh dengan cara berbeda-beda dan belum dipastikan obatnya.

Baca Juga: Beredar Video Warga China Ngamuk di Malaysia Karena Produk Jeruk China Tak Laku, Inilah Tanggapan Kominfo Mengenai Fakta yang Sebenarnya Terjadi

Kini imbasnya tak hanya warga China di negaranya, namun orang-orang China di luar negeri mendapatkan dampak yang nyaris sama.

Sama halnya dengan kisah para wanita malam alias PSK China yang berada di Selandia Baru.

Dampak virus corona ternyata menyebabkan mereka menjadi tidak laku di mata pelanggannya hanya karena mereka orang China.

Tak hanya itu saja tindakan diskriminatif itu termotivasi oleh ras di kalangan klien mereka.

Baca Juga: Bagai Taj Mahal, Viral Rumah Berlapis Emas Murni di Sulawesi yang Punya 99 Kamar Ini, Butuh 3 Bulan Membersihkan, Terungkap Siapa Pemiliknya

Mengutip Daily Star, Selasa (4/2/20) karena hal itu berbagai cara dan upaya dilakukan oleh PSK asal China ini untuk tetap mendapatkan pelanggan.

Banyak dari mereka yang terpaksa menawarkan layanannya dengan potongan harga besar.

Tak hanya memangkas harga, mereka juga mengedit kewarganegaraan mereka dalam iklan online dan mengaku sebagai orang Korea atau Jepang.

Seorang wanita etnis Tiongkok ini mengaku mengubah kewarganegaraanya di iklan daringnya.

Dia juga memangkas tarifnya dari 180 dollar AS (Rp2,4 juta) menjadi setengahnya yakni 90 dollar AS (Rp1,2 juta).

Menurutnya, bisnisnya itu merosot lebih dari 50% dalam dua minggu terakir sejak histeria virus corona melanda seluruh dunia.

Baca Juga: Fakta atau Mitos? Anak dengan 2 Unyeng-unyeng Punya Sikap Nakal? Cek dalam 5 Fakta Tentang Unyeng-unyeng di Kepala Ini Yuk

"Bisnis saya menurun, sebelumnya tidak pernah seburuk ini," katanya kepada NZHerald.

"Padahal saya tidak pernah menyebutkan bahwa saya orang Tionghoa, karena itu saya juga harus menawarkan diskon besar, tetapi klien menghindari kami," tambahnya.

"Seolah-olah kami ada virusnya," sambungnya.

Mereka sebagian besar adalah penduduk Selandia Baru dari etnis Tionghoa, tetapi mereka belum mengunjungi China selama 8 tahun.

Tetapi klien memandangnya sebagai "tidak berbeda dengan mereka yang berada di Wuhan."

Mayoritas warga negara asing yang bekerja secara ilegal di industri esek-esek Selandia Baru diyakini orang Cina.

Baca Juga: Penyakit Ini Lebih Ditakuti Rakyat Taiwan daripada Virus Corona yang Renggut Lebih dari 400 Nyawa

Hanya warga negara dan penduduk Selandia Baru yang diizinkan secara hukum untuk menjadi PSK.

Tetapi para migran dengan visa temporer sering mengiklankan bahwa mereka adalah orang asing dan hanya di sana untuk waktu singkat untuk memohon klien yang menginginkan hal baru, meskipun ilegal.

Pekerja seks anonim mengatakan mereka yang ada di industri telah berhenti mengiklankan diri mereka sebagai pendatang baru, karena ketakutan terhadap virus corona.

Sejauh ini tidak ada kasus virus corona, tetapi sebagai pencegahan pemerintah setempat memblokir masuknya semua warga asing yang bepergian dari China.

Artikel Terkait