Advertorial

Pantas Saja Coronavirus Penyakit Misterius Jenis Baru Ini Muncul di Tiongkok, Ini Daftar Hewan-hewan Eksotis yang Ternyata Sering Menjadi Santapan di Tiongkok

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Pasar makanan di Tiongkok  ditemukan berbagai macam hewan-hewan eksotis yang selama ini tak pernah diduga ternyata menjadi santapan.
Pasar makanan di Tiongkok ditemukan berbagai macam hewan-hewan eksotis yang selama ini tak pernah diduga ternyata menjadi santapan.

Intisari-online.com - Baru-baru ini dunia digemparkan dengan wabah misterius yang muncul dari daratan Tiongkok.

Ilmuwan menyebut penyakit ini dengan sebutan Coronavirus atau virus corona.

Penyakit misterius ini telah menjadi ancaman nyata di Tiongkok, dan hingga kini belum bisa dipastikan penyebabnya.

Namun, berdasarkan penelusuran South China Morning Post, ada indikasi terkait makanan-makanan yang berasal dari hewan-hewan eksotis.

Baca Juga: Tak Kunjung di Makamkan, 10 Hari Kemudian Jenazah Ini Mendadak Melahirkan di Dalam Peti Mati, Keluarganya Panik Mengetahuinya Tetapi Fakta Mengemparkan Terungkap

Pasar makanan di Tiongkok kini sedang diselidiki dan ditemukan berbagai macam hewan-hewan eksotis yang selama ini tak pernah diduga ternyata menjadi santapan.

Beberapa pasar misalnya menjual beberapa hewan, seperti koala hidup, ular, tikus, hingga anak serigala yang kini diamankan.

Kemudian Pasar Makanan Laut di pusat kota Wuhan sekarang juga berada di bawah pengawasan, setelah pejabat China mengatakan coronavirus berasal dari satwa liar yang dijual secara ilegal di food emporium kini diberi label "Ground Zero."

Foto yang diambil sebelum penutupan pada bulan Desember 2019, menunjukkan setidaknya 112 hewan eksotis mulai dari ular, kucing, luwan tersedia untuk dijual.

Baca Juga: Sering Tegasi Tunjangan Pejabat Kabupatennya Ditahan Jika Belum Laporkan LHKPN, Bupati Ini Justru Harus Menahan Pilu Saat Menggendong Jenazah Anaknya Disebabkan Sewa Ambulans Saja Tidak Mampu

Kemudian, ditambahkan dalam daftar termasuk, rubah hidup, buaya, anak anjing, anak serigala, salamander, ular raksasa, tikus, burung merak, landak, koala, dan daging buruan.

"Setelahdisembelih, dibekukan, dan dikirim ke pasar," kata daftar harga untuk vendor yang disebut Wild Game Animal Husbandry for Massesm, yang juga mencantumkan harga 70 RMB (Rp138 ribu) untuk daging koala.

Ketika ditanya tentang klaim pasar makanan yang menjual koala, seorang pemimpin komunitas Cina yang berbasis di Inggris mengatakan kepada Daily Mirror, "Saya ragu bahwa tidak mungkin Anda akan bisa menyelundupkan mereka ke China."

Ada pula laporan tentang kuruangan yang dikemas dengan landak yang dijual di samping trenggiling yang terancam punah.

Penjualnya mengatakan perdagangan satwa liar menyebabkan pasar ditutup setelah wabah menyerang.

Ini menunjukkan perdagangan satwa liar di negara itu tidak diatur dengan baik.

Baca Juga: Virus Corona yang Mematikan Mulai Menjangkit Satu Orang di Negara Tetangga Indonesia, Sup Ekstrem Ini Diduga Jadi Penyebabnya

Hal itu mendorong permintaan makanan hewan eksotis dan obat-obatan tradisional.

Sebelumnya, di bawah sorotan konservasionis, transaksi ini telah lama dikecam, karena dampaknya yang bisa menyebabkan penyakit.

Satwa liar eksotik dan hewan ternak dikemas bersama-sama digambarkan sebagai tempat berkembang biaknya penyakit bagi banyak virus untuk berevolusi.

"Asal mula coronavirus baru adalah satwa liar yang dijual secara ilegal di pasar makanan laut Wuhan," kata Gao Fu, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok.

Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa virus Wuhan ditularkan ke manusia dari ular.

Tetapi sumber lain dari penasihat medis pemerintah, Zhong Nanshan mengidentifikasi luwak dan tikus adalah sumber yang memungkinkan.

Baca Juga: Banyak Manfaatnya, Benarkah Tanaman Obat Ini Miliki Sifat Antikanker? Ini Ulasan Para Ahli!

Dapat dipahami bahwa beberapa penderita awal coronavirus adalah karyawan dari pasar basah.

Hu Xingdou, seorang ekonom politik independen, mengatakan bahwa kecintaan orang-orang Tionghoa untuk memakan satwa liar memiliki akar budaya, ekonomi, dan politik yang dalam.

Dia mengatakan, "Sementara Barat menghargai kebebasan dan hak asasi manusia lainnya, orang-orang Tiongkok memandang makanan sebagai kebutuhan utama mereka karena kelaparan adalah ancaman besar dan bagian yang tak terlupakan dari memori nasional."

Artikel Terkait