Advertorial
Intisari-online.com -Seorang ibu di Wuhan, China, baru-baru ini dirawat di RS karena meminum 7 butir pil tidur sekali waktu untuk menenangkan diri.
Penyebabnya ternyata sangat sepele sampai membuat dokter yang merawatnya tertawa.
Kejadian tersebut terjadi pada malam hari ketika suaminya tengah mengajari anak mereka mengenai PR.
Tiba-tiba, Ibu Xu mulai memanggil suaminya untuk pertolongan, dan keduanya segera ke RS untuk menemui dokter.
Beruntung, dokter dapat menemui mereka tepat waktu.
Akhirnya dokter kemudian menanyakan apa yang penyebabnya.
Namun setelah mendengar jawabannya, dokter tersebut justru tertawa.
Rupanya, pil tersebut diminum oleh Xu karena dia kesulitan bernapas.
Baca Juga: Mau Tahu Kenapa Bayi Panda Seukuran Tikus Padahal Induknya Seukuran Jumbo? Ini Jawaban Para Ahli!
Malam itu, sebelum suaminya yang mengajari anak mereka untuk mengerjakan PR, Xu sudah terlebih dahulu mengajari anaknya.
Xu merupakan tipe emak-emak yang terlalu khawatir jika anaknya mendapat nilai jelek di sekolah.
Oleh karenanya Xu mengirimkan anaknya ke berbagai lembaga bimbingan belajar.
Ini karena dia ingin anaknya yang baru berumur 7 tahun mendapat nilai bagus.
Selain memberi jam belajar ekstra untuk anaknya, dia dan suaminya masih bergiliran untuk menemani mengerjakan PR anaknya setiap malam.
Ternyata, hari ujian bagi si anak sudah semakin dekat.
Xu semakin khawatir nilai anaknya tidak cukup.
Hingga akhirnya, Xu mengajari anaknya mengerjakan PR Matematika.
Ada 1 pertanyaan yang anaknya kesulitan memahami meskipun sudah dijelaskan selama lebih dari 2 jam.
Xu menjadi marah, dan mulai memarahi anaknya.
Suaminya segera menggantikan tugasnya saat mendengar suara Xu marah-marah.
Xu kemudian pergi ke kamarnya untuk menenangkan diri.
Namun, karena dia sangat marah dia sampai kesulitan bernapas.
Akhirnya Xu mengambil langkah nekat: meminum 7 butir pil tidur dalam sekali waktu.
Ternyata itulah yang menyebabkan Xu sampai harus ke RS dan dirawat.
Sebaiknya memang perlu dibatasi sejauh apa kita sebagai orangtua terlibat dalam PR dan perkembangan akademik anak.
Terlebih jika sampai mengorbankan kesehatan orangtua.