Advertorial
Intisari-Online.com -Pada tanggal 15 Juli 2019, seorang bocah sekolah di Inggris telah meninggal akibat tertabrak kereta.
Disebutkan di thesun.co.uk jika Sam Connor (14), telah meninggal di depan teman sekelasnya setelah dia mengalami perundungan atau bully di media sosial.
Sebelum dia meninggal, dikatakan jika dia telah menyerahkan tas sekolah dan ponselnya kepada salah satu temannya sebelum dengan kesadaran penuh memasuki peron kereta menuju jalur rel.
Saat itu, dilansir dari dailymail.co.uk jika beberapa pihak mengetahui Sam telah mengalami rundungan dari teman-temannya.
Namun pihak sekolah mengatakan jika tidak ada sejarah Sam pernah mengalami rundungan.
Kini, lima bulan setelah kematiannya, hasil investigasi menunjukkan fakta baru yang mendukung kecurigaan awal tentang bully yang terjadi kepada Sam.
Dilansir dari mirror.co.uk dan getsurrey.co.uk, investigasi yang dilakukan pada Senin (21/11/2019) menunjukkan jika Sam memiliki kebiasaan aneh dan pola makan tidak teratur.
Sam memiliki kecanduan terhadap minuman penambah energi, dan fakta ini bahkan tidak diketahui oleh keluarganya.
Namun, dia jarang makan dan mengatakan kepada temannya bahwa dia kesulitan tidur.
Fakta lain adalah dia telah menyebutkan 'ide bunuh diri' kepada temannya.
Ditemukan juga data dari ponsel Sam yang digambarkan koroner sebagai 'sesuatu yang mencerahkan'.
Sebelum dia lompat ke rel kereta, Sam telah memberikan tas dan ponselnya ke salah satu temannya.
Sam pun ternyata juga memberikan selembar kertas yang bertuliskan dua nama, tetapi kedua nama ini belum dipublikasikan.
Selain nama, di kertas tersebut juga dituliskan password untuk membuka ponselnnya.
Menariknya, polisi menemukan selembar kertas tersebut sudah dibuang.
Kini, kertas tersebut menjadi bukti dari kasus kematian Sam Connor.
Penyelidikan masih berlanjut hingga pada Februari 2020, pihak sekolah diminta menjawab pertanyaan dari Ibu Sam.
Pertanyaan tersebut adalah;
"Bagaimana anak-anak dengan kegelisahan ditangani di sekolah?"