Advertorial
Intisari-Online.com – Berita kematian Goo Hara (28), mantan anggota girl group KARA dan aktris Korea Selatan, mengejutkan seluruh penggemar K-Pop.
Menurut Kantor Polisi Gangnam Seoul, Goo Hara ditemukan tewas di rumahnya di Cheongdam, Seoul pada Minggu (24/11/2019) pukul 18.00 waktu Korea Selatan.
Polisi sendiri masih menyelidiki apa penyebab kematiannya.
Sebelum ditemukan tewas, Hara pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Baca Juga: Polisi Temukan Ladang Ganja di Sumatera Utara, Luasnya 7 Hektar dan Nilainya Capai Rp52,5 Miliar
Dilansir dariallkpop.compada Minggu (26/5/2019), Hara dilaporkan melakukan percobaan bunuh diri di rumahnya di Seoul, Korea Selatan pada waktu dini hari.
Namun nyawa Hara berhasil diselamatkan karena manajernya langsung melaporkan hal ini ke polisi.
Sejak kejadian itu, beberapa media mengatakan kesehatan Hara mulai membaik.
Dia muncul di depan media dan tampil dengan baik di konser solonya di Jepang.
Semua membaik sampai pada berita Sulli, sahabat Hara, ditemukan tewas bunuh diri pada Oktober 2019 kemarin.
Beberapa penggemar mulai khawatir dengan kondisi Hara.
Terlebih lagi, sudah ada banyak kasus bunuh diri dikalangan artis K-Pop dan Hara pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Hara memang pernah meminta maaf dan sadar bahwa percobaan bunuh diri adalah tindakan yang salah.
"Saya akan mencoba untuk menunjukan sisi sehat saya yang lebih baik lagi dengan menunjukan pola pikir yang lebih kuat,” ucap Hara saat itu.
“Saya benar-benar minta maaf atas kejadian ini.”
Baca Juga: Goo Hara Ditemukan Tewas: Ini 7 Sisi Kelam dari Dunia K-Pop yang Digandrungi Banyak Orang Itu
Hanya saja, sejak kejadian tersebut dan berita meninggalnya Sulli, Hara terus berjuang melawan depresi yang diidapnya.
Dan kasus ini kembali mengingatkan kita bahwa penyakit mental(mental illness) tidak boleh dipandang remeh oleh siapapun juga.
Masih ada harapan
Benar kalau penyakit mental tidak selalu terlihat jelas tanda dan gejalanya, karena mereka yang mengalaminya seolah menjalani hari seperti orang normal pada umumnya.
Namun sesungguhnya, mereka yang mengalami itu (tidak peduli apakah ia selebritas atau tidak, sangat mungkin dia adalah orang di sekitar kita) berjuang setiap hari untuk terlihat normal.
Itulah sebabnya penyakit mental tidak boleh dianggap remeh.
Pandangan dan stigma kita terhadap orang dengan penyakit mental cenderung masih negatif, inilah yang membuat mereka sulit untuk terbuka dan dibantu untuk pulih.
Orang menganggap orang yang sakit mental disebabkan oleh aib, kutuk, santet, dll. Bahkan dikaitkan sebagai orang yang tidak memiliki landasan agama yang benar.
Persoalannya adalah mereka mengalami penyakit yang serius, sama seperti penyakit jasmani lainnya.
Hal inilah yang harusnya dipahami bersama.
Jangan lagi bercanda soal penyakit mental dan jangan sepelekan mereka yang mengalami kondisi ini.
Penyakit mental yang serius sangat terkait dengan penderitaan dan hilangnya harapan yang dirasakan oleh penderitanya.
Akhirnya tak jarang bagi mereka berpikir untuk mati aliassuicidal thought (pemikiran bunuh diri).
Baca Juga: Cobalah Minum Air Lemon Hangat di Pagi Saat Perut Kosong, Tubuh Akan Alami 7 Perubahan Ini
Bagi mereka, bunuh diri adalah jalan keluar dari penderitaan dan sakit yang dialaminya.
Untuk orang-orang yang kehilangan harapan akibat penyakit mental seperti ini, intervensi dari orang-orang di sekitarnya sangatlah penting.
Pendampingan khusus dan tulus akan sangat berarti dan menolong mereka untuk menemukan setitik harapan.
Yang tentu saja, harapan itu akan menghambat mereka untuk melukai diri sendiri maupun bunuh diri.
Jadilah harapan bagi mereka dengan cara berikut ini dilansir dariPscyhologytoday.com:
1. Jadilah sahabat yang tulus bagi mereka, dengarkan, dan dukung mereka.
Arahkan mereka untuk mendapatkan bantuan profesional seperti psikolog maupun psikiater.
Dampingi mereka selalu. Ya, selalu.
2. Untuk menyelamatkan mereka yang cenderung memiliki pikiran untuk bunuh diri, jauhkan mereka dengan alat atau apa saja yang bisa membantu mereka untuk bunuh diri.
Faktanya, orang yang bunuh diri biasanya merencanakan waktu bunuh dirinya hanya beberapa jam sebelum itu terjadi.
Ingatlah pula, bahwa harapan adalah sebuah perasaan yang bisa dibangun.
Pikiran kita bisa dibentuk sedemikian rupa untuk memiliki harapan yang akan menolong kita untuk mencapai kualitas hidup dengan mental yang sehat. (Tika)
Baca Juga: Rutin Minum Air Rebusan Daun Salam? Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Anda