2. Kelangkaan air bersih
Devils Tear di Nusa Lembongan, Bali(Shutterstock) Pesona Pulau Dewata memang menakjubkan. Tak ayal, banyak turis yang rela datang dari luar kota, bahkan luar negeri.
Ramainya turis, membuat menjamurnya hotel dan penginapan di seluruh Bali. Namun jarang diketahui, jika hal ini berdampak negatif terhadap tersedianya air bersih.
Pernyataan dari Fodor’s Travel mengacu dari salah satu tulisan di VICE.
Dikutip dari VICE, pelaku utama yang menyebabkan kelangkahan air bersih adalah industri pariwisata.
Sebanyak 65 persen air tanah di pulau itu digunakan oleh sektor pariwisata. Studi-studi menemukan bahwa, kamar hotel dan villa mengkonsumsi sekitar 3.000 liter air setiap hari.
Baca Juga: Dulu Dikira Tak Bisa Selamat, Sekarang Beginilah Kondisi Bayi Kembar Tujuh Pertama di Dunia Ini
3. Perilaku tidak sopan wisatawan
Perilaku turis kerap kali bertentangan dengan aturan adat dan norma kesopanan Bali.
Beberapa perilaku yang sempat heboh seperti mengunjungi situs budaya dengan mengenakan pakaian renang hingga memanjat situs-situs suci.
Beberapa bulan lalu, misalnya, sempat viral turis Ceko yang mencipraktkan air suci dari Pelinggih yang ada di kawasan Monkey Forest Ubud, Bali ke bagian bokong perempuan.
Akibatnya, kedua turis itu terkena sanksi adat.
Tanggapan Wagub Bali dan PHRI Badung Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Arta Ardana Sukawati alias Cok Ace (Kontributor Bali, Imam Rosidin) Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Arta Ardana Sukawati alias Cok Ace menilai, pemberitaan media asing yang menyebut Bali tak layak dikunjungi pada 2020 merupakan sesuatu yang berlebihan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR