Advertorial
Intisari-Online.com – Hari ini, Rabu tanggal 11 September 2019, kita berarti mengenang 18 tahun runtuhnya menara kembar World Trade Center di New York.
Hal tersebut dikarenakan telah terjadi serangkaian serangan pada 11 September 2001.
Dilaporkan, pada pagi itu, 19 militan dari kelompok ekstremis Islam, Al-Qaeda, membajak empat pesawat dan melakukan serangan bunuh diri yang menargetkan warga Amerika Serikat.
Dua pesawat yang dibajak, terbang ke arah menara kembar World Trade Center di New York, pesawat ketiga menabrak Pentagon, dan yang keempat jatuh di Pennsylvania.
Sekitar tiga ribu orang terbunuh akibat aksi teroris 9/11, sebutan untuk peristiwa tersebut.
Beginilah kronologi kejadian tersebut seperti dikutip dari nationalgeographic.grid.id pada Rabu (11/9/2019).
World Trade Center
Pada 11 September 2001, pukul 8.45 pagi, pesawat American Airlines Boeing 767 dengan 20 ribu galon bahan bakar, menabrak menara utara World Trade Center di New York.
Tabrakan itu menyisakan lubang menganga dan terbakar di dekat lantai 80.
Membunuh ratusan orang sekaligus dan membuat mereka yang berada di lantai lebih tinggi terjebak (WTC terdiri dari 110 lantai).
Saat evakuasi sedang dilakukan, tak lama kemudian -- tepatnya 18 menit setelah tabrakan pertama -- pesawat lain kembali mengarahkan badannya menuju World Trade Center dan menghantamnya.
Membelah menara selatan di dekat lantai 60.
Kedua tabrakan tersebut menyebabkan ledakan besar. Membuat puing-puing berjatuhan ke jalanan di bawahnya.
Para warga yang awalnya mengira peristiwa tersebut sebagai kecelakaan semata, mulai menyadari bahwa AS sedang diserang teroris.
Osama Bin Laden
Pelaku serangan adalah beberapa teroris dari negara-negara Arab. Serangan tersebut didanai oleh kelompok Al-Qaeda yang dipimpin Osama Bin Laden.
Mereka melakukan aksi ini sebagai tindakan balas dendam atas dukungan Amerika terhadap Israel.
Diketahui bahwa beberapa teroris telah tinggal di AS selama lebih dari satu tahun dan mengambil kelas mengendarai pesawat di beberapa sekolah penerbangan.
Sementara itu, sisanya menyelinap ke AS beberapa bulan sebelum 11 September – bertindak sebagai “otot” dalam operasi tersebut.
Ke-19 teroris dengan mudah menyelundupkan pemotong kotak dan pisau saat melewati pengamanan di tiga bandara sebelum memasuki empat pesawat yang ingin berangkat ke California.
Pesawat-pesawat tersebut dipilih karena itu dipenuhi dengan bahan bakar untuk perjalanan lintas benua yang panjang.
Kemudian, setelah lepas landas, para teroris menembaki kru pesawat dan mengambil alih kendali. Mengubah pesawat penumpang biasa menjadi rudal.
Serangan Pentagon
Ketika jutaan warga AS belum mengerti tentang apa yang terjadi di WTC, pesawat American Airlines Flight 77 berputar mengitari Washington D.C, sebelum akhirnya menabrak sisi barat markas besar militer Pentagon, pada 9.45 pagi.
Bahan bakar jet dari Boeing 757 menyebabkan ‘neraka kehancuran’ -- mengarahkan pada runtuhnya bangunan beton raksasa yang juga menjadi markas Departemen Pertahanan AS.
Ada sekitar 125 personel militer dan warga sipil yang terbunuh di Pentagon akibat serangan tersebut. Sementara korban tewas dari pesawat mencapai 64 orang.
Menara kembar runtuh
Kurang dari 15 menit setelah serangan Pentagon, horor di New York kembali terjadi.
Menara selatan WTC yang sebelumnya ditabrak pesawat, runtuh dan tumbang ke permukaan tanah. Menciptakan awan debu raksasa.
Struktur baja dari gedung pencakar langit yang bisa menantang angin dengan kecepatan 200 mil tersebut, pada akhirnya tidak mampu menahan panas luar biasa yang dihasilkan oleh bahan bakar.
Pukul 10.30 pagi, menara utara menyusul kembarannya dan ikut runtuh.
Hanya enam orang di gedung WTC yang berhasil selamat dari bencana itu. Sekitar 10 ribu orang mengalami luka yang cukup parah.
Flight 93
Sementara itu, pesawat keempat – United Airlines Flight 93 – juga dibajak, 40 menit setelah meninggalkan Bandara Internasional Newark Liberty di New Jersey.
Namun, karena sebelumnya sempat mengalami penundaan, para penumpang sudah mengetahui apa yang terjadi di New York dan Washington dari telepon seluler dan pengeras suara.
Sadar bahwa pesawat yang mereka tumpangi tidak kembali ke bandara seperti yang dijanjikan teroris, sekelompok penumpang dan pramugari pun merencanakan sebuah pemberontakan.
Salah satu penumpang, Thomas Burnett Jr, mengatakan kepada istrinya melalui telepon: “Saya tahu bahwa kami semua akan mati.”
“Namun, ada tiga orang di antara kami yang akan melakukan sesuatu. Saya mencintaimu, Sayang.”
Penumpang lain, bernama Todd Beamer, juga terdengar mengatakan: “Apakah kalian siap? Mari laksanakan!”
Sandy Bradshaw, seorang pramugari, menghubungi suaminya dan menjelaskan bahwa ia sudah menyelinap ke dapur dan sedang mengisi teko dengan air mendidih.
Pesan terakhirnya ke sang suami, berbunyi: “Semua orang sudah berlari ke kelas utama. Aku harus pergi. Sampai jumpa.”
Para penumpang mencoba melawan empat pembajak pesawat dan menyerang kokpit dengan tabung pemadam kebakaran.
Pesawat kemudian terbalik dan melaju ke tanah dengan kecepatan 500 mil per jam -- menabrak pedesaan di Pennsylvania Barat pada pukul 10.10 pagi.
Sekitar 44 orang yang berada di dalam pesawat tewas dalam peristiwa tersebut.
Tujuan utama teroris di Flight 93 tidak diketahui.
Namun, beberapa teori menyatakan bahwa target utama mereka kemungkinan adalah White House, Camp David di Maryland, atau salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir di sepanjang pesisir Timur.
Jumlah korban
Sebanyak 2.996 orang terbunuh pada serangan 9/11, termasuk 19 teroris yang membajak empat pesawat.
Di WTC, 2.763 orang tewas setelah dua pesawat menabrak menara kembar.
Jumlah ini meliputi 343 pemadam kebakaran dan paramedic, 23 polisi, dan 37 petugas yang sedang berusaha mengevakuasi para karyawan di lantai yang lebih tinggi.
Di Pentagon, 189 orang meninggal, termasuk 64 yang berada di American Airlines Flight 77.
Pada Flight 93 yang jatuh di Pennsylvania, 44 orang tewas.(Gita Laras Widyaningrum/National Geographic Indonesia)
Baca Juga: Masa Kerja Mau Habis, Menteri Susi Pudjiastuti Minta Maaf, ‘Saya Orangnya Sedikit Tengil’