Belakangan banyak orang kota besar macam Jakarta rajin datang ke tempat-tempat pelatihan meditasi. Mereka meyakini, lewat cara itu mereka bisa mengenal diri, termasuk sisi baik dan buruk.
Keseimbangan ini melahirkan perasaan tenang, damai, sabar, dan bahagia. Secara medis meditasi juga dapat menyehatkan dan menyembuhkan.
Pernah mengalami kekosongan hidup luar biasa atau menahan kemarahan pada sesuatu yang tidak kita ketahui?
Adika, karyawan senior sebuah penerbitan media cetak terkemuka pernah mengalami kedua perasaan itu. la merasa memiliki energi berlimpah yang harus disalurkan. Masalahnya, ia belum dipercaya menangani tugas-tugas besar di kantornya.
Padahal, ia telah menetapkan target pada usia 40 tahun jabatan manajer sudah bisa digenggamnya.
Akibatnya, Adika selalu gelisah. Apa saja yang ia lakukan terasa tak nyaman.
la merasakan kelelahan fisik dan mental yang amat sangat, yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan.
"Pikiran saya dipenuhi kecemasan. Saya jadi mudah tersinggung, gampang marah, dan ujung-ujungnya menyesal, kenapa saya bisa begini? Akhirnya, hari-hari saya jalani tanpa tujuan yang jelas. Enggak enak rasanya," aku Adika.
Kenali diri sendiri
Adika tidak sendirian. Dalam kehidupan modern banyak orang menentukan target hidup yang tinggi. Harapannya, agar orang di sekelilingnya menilai dirinya berhasil, entah dalam karier, rumah tangga, sebagai orang yang serbabisa alias sempurna, atau dalam hal-hal lain.
Harapan itu bisa muncul karena kekosongan jiwa yang ditandai dengan adanya kecemasan akan masa depan. la pun terjerat pada perasaan tidak tenang. la seakan-akan dikejar "pekerjaan rumah" yang tak henti-hentinya.
Akibatnya, ia tidak mampu berpikir baik, apalagi mengambil keputusan yang tepat.
Bisakah Adika dan orang-orang yang mengalami masalah serupa dengannya kembali hidup dengan nyaman? Jawabannya, tentu bisa!
Penulis | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
Editor | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR