Advertorial
Intisari-Online.com - Bukan hanya yang kelihatan, tren kecantikan bagi perempuan juga mengarah ke tempat-tempat paling pribadi.
Dari sinilah lahir peremajaan vagina, meski masih menuai pro-kontra. Apapun alasannya, mereka yang melakukannya mengaku puas.
Letaknya memang sangat tersembunyi. Tak boleh sembarang orang “berurusan” dengannya, kecuali tentu si empunya organ atau pasangannya.
Meski begitu, keinginan untuk melakukan peremajaan vagina ternyata terus meningkat. Yang paling populer labiaplasty, operasi plastik untuk mempercantik organ intim tersebut.
Baca Juga: Vaginal Scraping, Tren 'Hapus Kenangan' pada Organ Intim, Risikonya Tak Sebanding dengan Manfaatnya
Tentu saja setiap perempuan punya alasan sendiri untuk memodifikasi organ vitalnya itu. Namun banyak pihak mengaku, tindakan ini mampu meningkatkan kualitas hidup mereka yang menjalaninya.
Terutama bagi perempuan yang memang memiliki keluhan terkait kesehatan, seperti rasa tidak nyaman atau kehilangan sensasi sensual.
Amerika Serikat ada di peringkat pertama yang melakukan prosedur operasi plastik dengan labiaplasty.
Menurut American Society of Plastic Surgeons, pada 2016 prosedur labiaplasty meningkat hingga 39% dengan lebih dari 12 ribu tindakan.
Di Indonesia, meski belum ada data pasti, permintaan labiaplasty juga terus meningkat. Beberapa orang bahkan sudah berani terang-terangan menyatakan dirinya pernah menjalani operasi permak vagina.
Baca Juga: Stop Penggunaan Pembersih Vagina, karena Ia Sama Sekali Tidak Diperlukan dan Tidak Dianjurkan!
Sampai sejauh ini masih banyak orang yang bingung dengan pengertian “peremajaan” ini.
Prosedurnya bukan hanya dilakukan pada bagian internal, namun juga area eksternal meliputi labia mayora, labia minora dan klitoris.
Siapa pun boleh melakukannya, selama tidak ada kontraindikasi.
Prosedur peremajaan vagina juga mengalami inovasi yang terus dikembangkan.
Tindakannya dapat berupa invasif (operasi), semi-invasif hingga non-invasif yang nyaman dan dilakukan dalam keadaan sadar.
Tenaga kesehatan yang menangani juga khusus yakni aesthetic gynecology atau cosmetic gynecology.
Ada juga yang mengistilahkannya “desainer vagina”. Sebuah istilah yang tidak salah-salah amat, karena memang urusannya terkait masalah bentuk dan fungsi organ intim ini.
Meski sudah mulai marak, masih ada sebagian masyarakat kita memang belum sepenuhnya diterima.
“Alasannya tabu, karena seakan-akan mengeksploitasi masalah seksual,” terang dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOG dari Bamed Women’s Clinic.
Baca Juga: Bentuknya Berubah Seiring Tahun, Inilah Perubahan Vagina Berdasarkan Fase Usia
Artikel ini telah tayang di Majalah Intisari dengan Judul Giliran Vagina Yang Menolak Tua