Advertorial
Intisari-Online.com - Libur sekolah akan segera berakhir.
Besok, tepatnya hari Senin, 15 Juli 2019 sebagai hari pertama masuk sekolah.
Dilansir dari Kompas.com, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) DKI Jakarta Ratiyono membuat surat edaran terkait program "Gerakan Mengantar Anak Hari Pertama Masuk Sekolah" untuk tahun pelajaran 2019/2020.
Surat edaran tersebut memberikan 5 catatan penting yang perlu diperhatikan pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) serta orangtua dalam menyukseskan gerakan mengantar anak hari pertama sekolah.
Catatan penting itu termasuk himbauan kepada orangtua/wali peserta didik untuk mengantarkan putra/putrinya pada hari pertama masuk sekolah Tahun Pelajaran 2019/2020, Senin, 15 Juli 2019.
Nah, perlu diketahui bahwa anak seringkali cemas di hari pertama sekolah.
Bagaimana cara menyiapkan mental sejak jauh hari agar anak tidak lagi merasa galau?
Salah satu hal yang membuat anak (terkadang juga orangtua) merasa 'galau' saat melepas anak sekolah adalah keenggan anak berpisah dengan ibunya saat hari pertama sekolah.
Untuk mengatasi hal itu, Weilin Han, seorang konsultan pendidikan, menuturkan, orangtua bisa melakukan beberapa hal untuk menyiapkan kondisi mental anak menjelang sekolah.
1. Ajak anak bermain sekolah-sekolahan.
Hal ini tentu mudah karena anak-anak biasanya menyukai perilaku meniru, sebagaimana mereka kerap bermain dokter-dokteran atau pasar-pasaran dengan teman sebayanya.
Anda bisa memulainya dari hal sederhana, seperti mengenakan seragam, cara memegang pensil, atau membawa bekal.
2. Membangun kebiasaan yang kelak akan mendukung ritme hidup anak saat memasuki dunia sekolah.
Misalnya, seminggu sebelum masuk sekolah mulai membiasakan untuk tidur lebih awal dan bangun pagi.
Selanjutnya, menyesuaikan dengan jadwal masuk sekolah pukul 07.30, pukul 06.15 anak sudah sarapan dan mandi.
Upaya ini penting agar anak tidak kaget. Terlebih, anak akan menghadapi banyak hal baru dalam kehidupannya: sekolah baru, jadwal baru, teman-teman baru.
“Kita harus mengondisikan anak agar bisa menyesuaikan dengan kebiasaan-kebiasaan barunya saat sekolah nanti secara bertahap,” papar Weilin.
Anak harus dibiasakan mulai dari bangun pagi, mandi, sarapan atau bawa bekal sendiri, dan berangkat ke sekolah sebagaimana seharusnya.
“Dengan begitu, anak akan dibiasakan mandiri sehingga saat masuk sekolah nanti dia hanya tinggal menyesuaikan dengan guru dan teman-teman barunya,” imbuh dia.
3. Orangtua mulai mengenali hal-hal apa saja yang bakal disukai anak dari sekolah.
Caranya, dengan mencari kesamaan-kesamaan dengan dunia anak yang ada di sekolah tersebut.
Contohnya apakah di sekolah tersebut ada perpustakaan atau ada anak tetangga yang juga sekolah di situ.
Langkah ini berguna untuk mengurangi tingkat perbedaan atau kekagetan pada anak, terlebih yang masih di tingkat play group atau TK.
Jangan lupa pula, untuk menyemangati anak, orangtua bercerita yang hal-hal positif yang bakal diperoleh anak di sekolah.
Contohnya, ceritakan kepada anak bahwa di sekolah nanti dia akan mempunyai guru yang baik dan banyak teman bermain yang mengasyikkan.
Baca Juga: 3 Jam Tanpa Henti, Seorang Suami Siksa Istrinya hingga Tulang Rusuk Patah di Depan Anak Balitanya
4. Tidak ada salahnya bagi orangtua untuk mengajak anak mengunjungi sekolah yang akan ditempatinya.
Atau, memasukkan anaknya dalam kelas percobaan (trial class) yang kini mulai dibuka beberapa sekolah.
Mereka memperbolehkan para calon siswa untuk bermain di sekolah beserta semua fasilitas tempat permainan yang dimilikinya.
Weilin memperkirakan, hal ini akan sangat membantu demi membiasakan anak dengan lingkungan bermain di sekolah.
“Jika sudah seperti itu, dari berbagai kasus yang saya amati, banyak anak yang enggan meninggalkan sekolahnya,” kata dia.
Anak merasa betah karena senang mendapatkan teman-teman baru, guru baru, buku-buku baru.
Baca Juga: Temukan Emas 7 Kg di Tempat Sampah, Tukang Sapu Tidak Mengambilnya, Justru Lakukan Hal Ini