Advertorial
Intisari-Online.com – Indonesia dengan beragam suku dan kekayaan tradisinya menjadikannya unik di mata dunia.
Sebuah desa tradisional eksentrik yang tersembunyi di wilayah pegunungan Tana Toraja, Sulawesi Selatan ini terletak di tengah hamparan sawah luas.
Inilah desa Ke’te Kesu, yang merupakan desa tertua di Sanggalangi.
Usia desa Ke’te Kesu diperkirakan mencapai 400 tahun. Uniknya, ia tidak pernah mengalami perubahan sejak pertama kali berdiri.
Baca Juga : Eksotisme Upacara Kubur di Tana Toraja
Jika melihat keadaannya saat ini, bisa dibilang bahwa Ke’te Kesu menjadi semacam museum hidup–orang yang mengunjunginya dapat secara langsung melihat budaya dan tradisi unik dari masyarakat Toraja.
Hal yang membuat Ke'te Kesu menarik perhatian adalah keseriusan mereka terhadap kematian.
Hal ini dapat dilihat dari ritual maupun upacara pemakaman yang mewah, kuburan yang menggantung, dan situs permakaman yang penuh dengan dekorasi.
Desa yang tak lekang oleh waktu ini, ditempati oleh sekitar 20 keluarga. Beberapa di antara mereka tinggal dalam Tongkonan–rumah adat masyarakat Toraja.
Baca Juga : Kakek 85 Tahun di Toraja Tega Bunuh Istri dengan Menebas Lehernya
Ada delapan Tongkonan di Ke'te Kesu,diatur berbaris dan berhadapan, lengkap dengan lumbung padi yang terhubung.
Dinding Tongkonan dihiasi dengan tanduk kerbau dan ukiran yang indah–berfungsi sebagai penanda status pemilik rumah.
Menurut masyarakat asli Toraja, hanya mereka yang berdarah bangsawan yang boleh membangun Tongkonan.
Masyarakat biasa tinggal di rumah yang lebih kecil dengan desain yang tidak terlalu rumit seperti Tongkonan.
Baca Juga : Ini Hukuman yang Diterima Dua Pemuda yang Injak Tengkorak di Pemakaman Tua Toraja
Jika dilihat dari luar, Tongkonan memiliki kekhasan bentuk atap seperti perahu besar. Proses pembangunan rumah adat ini pun cukup sulit.
Untuk membangunnya, proses ini harus dibantu oleh seluruh anggota keluarga.
Salah satu Tongkonan telah diubah fungsinya menjadi museum. Ia memamerkan benda-benda unik dan bersejarah dari adat istiadat kuno.
Keramik Tiongkok, patung, belati, parang, hingga bendera pertama yang pernah dikibarkan di Toraja pun terpajang di sana.
Baca Juga : Lebih Seram dari Toraja, di Madagaskar Banyak Warga Tewas Usai Menari-nari dengan Mayat
Museum tersebut juga membukaworkshopbagi pengunjung yang ingin melatih keterampilannya membuat karya seni dari bambu.
Tidak jauh dari Tongkonan, terdapat batu menhir di tengah sawah–penanda jalan menuju bukit mistis bernama Bukit Buntu Ke'su yang merupakan situs pemakaman kuno berusia 700 tahun.
Di jalur bukit yang berbatu, berserakan tengkorak dan tulang manusia. Beberapa di antaranya bahkan menumpuk tinggi dalam bejana besar berbentuk perahu atau sampan.
Pada tebing bukit, dibuat beberapa lubang untuk menguburkan mayat. Berdasarkan tradisi setempat, warga yang berdarah bangsawan akan dimakamkan di lubang tertinggi, sementara orang biasa di kaki bukit.
Baca Juga : Di Tana Toraja, HOK Tanzil Temukan Hal yang Membuatnya Rela Berpeluh, karena Hanya Ada Satu di Dunia
Masyarakat Toraja percaya, semakin tinggi lokasi seseorang dikubur, maka semakin mudah jalan mereka menuju surga.
Beberapa makam adat di Kete Kesu telah ditutup dengan jeruji besi untuk mencegah pencurian patung jenazah adat (tau-tau).
Sebab, beberapa jenazah dapat dilihat jelas dari luar bersama dengan harta yang dikuburkan di dalamnya.
Ada pula peti mati yang menggantung di dinding bukit. Peti kayu tersebut diukir dengan akurasi dan keindahan yang luar biasa.
Baca Juga : Romeo dan Juliet ala Toraja yang Tak Terpisahkan Hingga di Alam Kematian
Warga Ke'te Kesu dikenal sebagai pengrajin yang sangat terampil. Ornamen unik pada bambu atau batu diukir dengan abstrak atau geometris.
Beberapa suvenir yang mereka buat dapat Anda beli di sana. Termasuktatakan gelas, perhiasan, hiasan dinding, tau-tau, dan bahkan senjata tradisional.
Harganya beragam, mulai dari yang murah hingga mahal. Untukhiasan dinding yang rumit dan lukisan berukir misalnya, dapat dibanderol dengan harga jutaan rupiah.
Dengan keunikkan dan kekhasan tradisi mereka, desa Ke'te Kesu menjadi salah satu warisan megah Toraja yang patut Anda kunjungi.
Cara menuju ke Ke'te Kesu
Untuk sampai ke Ke'te Kesu, Anda harus naik pesawat terlebih dahulu ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Selanjutnya, perjalanan dilakukan melalui jalur darat.
Tersedia bus dari Makassar menuju Rantepao Toraja. Perjalanan ke Rantepao memakan waktu selama delapan jam.
Jika sudah sampai di Toraja, Anda harus melakukan perjalanan satu jam lagi ke desa Ke'te Kesu.
Baca Juga : HOK Tanzil Bermalam di Toraja dengan 500 PerakBaca Juga : HOK Tanzil Bermalam di Toraja dengan 500 Perak
Informasi mengenai Ke'te Kesu maupun Toraja tersedia di pesona.travel. (National Geographic Indonesia)
Artikel ini telah tayang di Nationalgeographic.co.id dengan judul “Ke'te Kesu, Warisan Megah dari Kekayaan Tradisi Toraja”