Intisari-Online.com - Sudah lebih dari tiga hari setelah serangkaian ledakan mematikan mengguncang Sri Lanka tepat pada Minggu Paskah (21/4/2019).
Ledakan yang menewaskan sedikitnya 45 anak-anak tersebut telah memberikan dampak trauma kepada banyak masyarakat Sri Lanka.
Jalan-jalan di Katuwapitaya, Negombo, Sri Lanka, biasanya dipenuhi oleh suara anak-anak yang bermain, kini jalanan ini sunyi.
"Jalan-jalan ini biasanya penuh anak-anak bermain," kata Suraj Fernando, seperti diwartakan AFP.
Baca Juga : ISIS: Pemboman di Sri Lanka Adalah ‘Pembalasan’ Untuk Penembakan di Masjid di Selandia Baru
Suraj kehilangan cucunya, Enosh, yang berusia 12 tahun dalam teror yang secara total menewaskan 359 orang.
"Sekarang semua orang berada di dalam rumah karena mereka sedih dan takut," ujarnya.
Seperti diketahui, Negombo merupakan salah satu wilayah yang menjadi target serangan oleh pelaku bom bunuh diri di gereja St Sebastian, satu dari tiga gereja yang diledakkan.
Bom di St Sebastian diyakini yang paling mematikan di antara rentetan ledakan lain, yang juga menyerang tiga hotel.
Baca Juga : Pemboman Sri Lanka: Akibat Bermalas-malasan Satu Keluarga Ini Selamat dari Teror Bom
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR