Advertorial
Intisari-Online.com - Tak diragukan lagi, Israel merupakan negara di Timur Tengah yang mempunyai banyak musuh.
Karenabanyaknya musuh itu, Israel amat paranoid dengan berbagai pergerakan baik secara politik dan lainnya yang dilakukan oleh negara-negara Arab.
Walau pernah dikeroyok berkali-kali oleh negara-negara Arab, Israel masih bisa survive sampai saat ini.
Salah satu kelicikan atau kegemilangan taktik perang militer Israel ialah saat terjadinya War of Attrition atau Perang Atrisi dimana Israel harus sendirian melawan koalisi negara-negara Arab macam Mesir, Yordania dan Palestine Liberation Organization (PLO) yang didukung oleh Uni Soviet pada tahun 1967-1970.
Baca Juga : AI Super Wide-Angle Vivo V15, Abadikan Kehangatan Keluarga di Momen Terbaik
Untuk meladeni baku hantam dengan koalisi Arab ini, maka Israel membuat rancangan operasi militer bertajuk Operasi Raviv.
Dua perwira Israel Defense Force (IDF) Mayor Jenderal Avraham Adan dari satuan lapis baja IDF dan Admiral Avraham Botzer dari AL Israel yang menginisiasi operasi ini.
Dikutip dari Haaretz, dalam operasi Raviv, IDF nantinya akan melakukan serangan dadakan ke pantai Laut Merah yang sebelah barat daya terusan Suez milik Mesir.
Setelah perencanaan matang, maka pada 9 September 1969 operasi dimulai.
Baca Juga : Tambahkan Kebaikan Oats di Menu Favoritmu dan Menangkan Hadiah Jalan-jalan ke Bangkok!
Israel tahu jika mereka kalah jumlah dan jika menyerang secara frontal dipastikan akan kalah.
Liciknya, tentara IDF menyaru menjadi tentara Mesir, mulai dari seragam, atribut hingga warna camo serupa dengan militer Mesir.
Ditunjang dengan satuan lapis baja main battle tank Tiran 5 yang merupakan upgrade dari T-55 Soviet dan BTR 50, IDF menyerbu sasaran yang sudah ditargetkan pada dini hari pukul 3 pagi.
Tak lupa dalam satuan penyerbu terdapat anggota Sayeret Matkal yang jago melakukan sabotase.
Berhasil disabotasenya kapal milik AL Mesir dua hari sebelumnya, memudahkan jalannya operasi.
Pendadakan, penyamaran dan gerak cepat tentara IDF berhasil melumpuhkan berbagai fasilitas militer milik Mesir.
Stasiun radar penting Mesir, Abu Daraq juga tak luput dari serangan IDF.
Barak tentara Mesir sekitar area Abu Daraq juga disatroni tentara IDF.
Baca Juga : Balita Ini Tertular Flu Singapura Setelah Habiskan Waktu di Wahana Permainan Sebuah Mal
Usai menggulung kekuatan Mesir di Abu Daraq, maka AU Israel mengirim jet tempur A-4 Skyhawk demi membantu pasukan daratnya.
Bagai kesetanan, close air support yang dilakukan A-4 Israel tanpa ampun membombardir stasiun radar lain milik Mesir di daerah Ras Saafrana.
Akibat serangan mendadak tersistematis ini 200 lebih tentara Mesir tewas dalam pertempuran.
Di pihak Israel kerugian amat sedikit, yakni 3 tentaranya tewas dan 1 hilang.
Satu hari setelah serangan gilang gemilang Israel ini, presiden Mesir saat itu, Gamal Abdel Nasser mencak-mencak tak karuan mengetahui militernya 'dibokong' Israel begitu mudahnya.
Saking geram dan marahnya akibat mengetahui hal ini, Nasser sampai terkena serangan jantung walau ringan.
Nasser kemudian dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan akibat serangan jantungnya itu.
Usai menjalani perawatan medis dan kembali berdinas, tanpa basa-basi Nasser langsung memecat KSAD Mesir, Ismail Ali yang ia anggap tak becus menanggulangi serangan Israel dalam operasi Raviv.
Baca Juga : Anda Wanita Usia 40an hingga 50an? Ini 5 Makanan yang Harus Anda Makan dan Hindari
Artikel ini pernah tayang di Grid.id oleh Seto Ajinugroho dengan judul asli "Operasi Raviv, Kisah Liciknya Militer Israel yang Membuat Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser Kena Serangan Jantung"