Banyak dari negara-negara asal anggota ISIS yang enggan menerima mereka kembali karena risiko keamanan potensial dan reaksi publik.
Beberapa bahkan mencabut kewarganegaraan anggota ISIS yang ditahan di Suriah.
"Harus ada koordinasi antara kami dan komunitas internasional untuk mengatasi bahaya ini," ucap Omar.
"Ada ribuan anak yang dibesarkan dengan ideologi ISIS," lanjutnya.
Baca Juga : Dijejer di Jalan, Anggota ISIS Dieksekusi oleh Kelompok Ekstremis Rival
"Jika anak-anak ini tidak dididik ulang dan diintegrasikan kembali ke masyarakat, mereka adalah calon teroris di masa depan," imbuhnya.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyambut baik kekalahan kelompok ISIS setelah perjuangan selama lima tahun. Meski demikian, pria berusia 72 tahun itu menyebut kelompok ekstremis tersebut tetap menjadi ancaman.
"Kami akan tetap waspada, sampai akhirnya kalah di mana pun kelompok itu beroperasi," katanya.
"Kami akan terus bekerja dengan mitra dan sekutu kami untuk menghancurkan teroris radikal," tuturnya.
Trump juga punya pesan khusus bagi kaum muda setelah ISIS dikalahkan.
"Kepada semua orang muda di internet yang percaya pada proganda ISIS, Anda akan mati jika bergabung," katanya.
"Sebaliknya, pikirkan tentang menjalani kehidupan yang hebat," ujarnya.
(Veronika Yasinta)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ribuan Anggota ISIS dari 54 Negara yang Ditahan SDF Kini Bak "Bom Waktu"".
Baca Juga : Tragis, Tentara Temukan 50 Kepala Budak Seks ISIS di Tong Sampah
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR