Advertorial

Ahli: Menjadi Pria yang Terlalu Tampan Bisa Berakibat Buruk Bagi Karier

Tatik Ariyani

Editor

Menurut para peneliti, menjadi terlalu tampan sebenarnya dapat menjadi kerugian bagi pria, dari segi karier.
Menurut para peneliti, menjadi terlalu tampan sebenarnya dapat menjadi kerugian bagi pria, dari segi karier.

Intisari-Online.com - Menjadi tampan adalah dambaan para pria karena dengan menjadi tampan, mereka merasa lebih percaya diri.

Namun, menjadi tampan ternyata tak selamanya menguntungkan.

Dilansir dari Elite Readers, menurut para peneliti, menjadi terlalu tampan sebenarnya dapat menjadi kerugian bagi pria, dari segi karier.

Ini mungkin terdengar mengejutkan, tampaknya Anda berpikir tidak mungkin hal ini bisa terjadi.

Baca Juga : Studi: Orang Bertubuh Pendek Lebih Pemarah daripada Orang Bertubuh Tinggi

Namun, studi tersebut mengindikasikan bahwa pria dengan penampilan yang gagah, dipandang sebagai ancaman oleh bos pria mereka.

Dengan demikian, semakin kecil kemungkinan bagi mereka untuk mendapatkan posisi penting untuk keterampilan dan bakat mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari School of Management University College London dan University of Maryland di Amerika serikat melakukan empateksperimen terpisah dan hasilnya akan segera diterbitkan dalam jurnal 'Perilaku Organisasi dan Proses Keputusan Manusia'.

Studi ini mengungkapkan bahwa pria yang mencari karyawan pria untuk bekerja dengan mereka biasanya memutuskannya berdasarkan pada daya tarik kandidat dan jenis pekerjaan.

Baca Juga : Ketika Azan Berkumandang di Seluruh Selandia Baru dan Masyarakat dari Berbagai Kalangan Saling Mendukung Usai Teror Christchruch

Menariknya, wanita cantik tidak mengalami kesulitan yang sama karena penampilan menarik tidakdianggap sebagai 'kompetensi di antara stereotip wanita," lapor Daily Mail.

Sementara itu, Sun Young Lee, peneliti utama dan asisten profesor di Universitas Maryland, menunjukkan"

"Manajer dipengaruhi oleh stereotip dan membuat keputusan perekrutan untuk melayani kepentingan diri merek sendiri sehingga organisasi (perusahaan) mungkin tidak mendapatkan kandidat (karyawan) yang paling kompeten.

"Dengan semakin banyak perusahaan yang melibatkan karyawan dalam proses rekrutmen, poin penting ini perlu mendapat perhatian.

Baca Juga : Ikan Raksasa dengan Panjang 1,8 Meter dan Berkulit Kasar Ditemukan Terdampar di Pantai Australia, Berbahayakah?

"Kesadaran bahwa perekrutan dipengaruhi oleh hubungan kerja potensial dan kecenderungan stereotip dapat membantu organisasi meningkatkan proses seleksi mereka."

Sebagai solusi untuk ini, Lee menyarankan bahwa perusahaan harus mempekerjakan perusahaan rekrutmen yang netral untuk melakukan perekrutan karyawan.

Tak hanya persoalan tentang menjadi tampan di lingkungan perusahaan saja, bahkan menjadi tampan di Hollywood dapat memberikan pria perjuangan tertentu, menurut aktor Rob Lowe.

Dalam wawancara dengan New York Times sebelumnya, dia berbagi masalah yang dia temui sebagai aktor muda:

Baca Juga : Tak Terima Dipanggil Cantik, Pegawai Toko Sepatu Patahkan Kelingking Pelanggannya

Rob mengatakan bahwa ada ketidakpercayaan dan prasangka tentang orang-orang berpenampilan menarik, bahwa mereka mungkin tidak pernah merasa sakit atau tidak pernah memiliki kehidupan yang keras atau tidak berpikir secara mendalam atau tidak memiliki ketertarikan.

Orang-orang tampan tidak bisa menjadi salah satu dari karakter-karakter yang ingin dimainkan sebagai aktor.

Namun, Rob berhasil menangkis anggapan itu dengan memainkan peran-peran yang diragukan dan dia menyukainya.

Dan sekarang dia menjadi idola banyak orang, dengan tampilan menarik yang dimilikinya.

Baca Juga : Malangnya Hidup Pria 96 Tahun, Putri Kandungnya Membiarkannya Tinggal di Rumah Kumuh dengan 700 Ekor Tikus Berkeliaran

Artikel Terkait