Advertorial
Intisari-online.com - Seorang pria dengan baju hitam bersenjata memasuki masjid Al Noor di Christchruch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019).
Dia mengacungkan senapannya, dan mengarahkannya secara membabi buta pada para jemaat masjid tersebut.
Akibatnya 49 orang meninggal dalam tragedi tergelap di negeri tersebut.
Siapa sangka si penembak 'brutal' ini adalah seorang anak dalam pelukan seorang ayah pada foto di atas, seperti dilansir dari Daily Mirror Sabtu (16/3/2019).
Baca Juga : Kakak Kandung Zul, Korban Penembakan di Selandia Baru, Meminta Hoaks Kematian Adiknya Dihentikan
Tentu saja, foto di atas adalah Brenton Tarrant kecil.
Bocah lelaki dalam pelukan almarhum ayahnya dalam foto yang dirilis oleh rekannya, seorang pelatih yang berdedikasi menjalankan program atletik anak-anak.
Sayangnya, tidak ada welas asih dari anak tersebut.
Kini, ia telah tumbuh menjadi seorang idealis sayap kanan yang membantai 49 orangorangtak bersalah, termasuk anak-anak, dalam pertumpahan darah di masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru.
Lalu bagaimana kisah Tarrant sebelum menjadi tersangka penembakan di Selandia Baru?
Baca Juga : Terobsesi Tokoh Sejarah, Ini Isi Lengkap Simbol dan Makna Teks pada Senjata Teroris di Selandia Baru
Tarrant telah melakukan perjalanan melalui Eropa dan Asia pada 2011 sebelum berakhir di Selandia Baru.
Dia memilih Selandia Baru sebagai tempat pertumpahan darah, karena ingin menunjukkan bahwa tidak ada satupun tempat di dunia ini yang aman.
Selandia baru sendiri adalah, sebuah negara yang tumbuh damai dan sangat jarang sekali terjadi konflik di sana.
Sampai disebutkan bahwa polisi di sana tidak pernah membawa senjatanya karena terlalu damai.
"Saya pikir sesuatu pasti telah berubah dalam dirinya selama bertahun-tahun bepergian ke luar negeri," ujar mantan koleganya yang tidak diungkapkan identitasnya.
"Aku benar-benar tidak percaya seorang yang mungkin kuhubungi sehari-hari dan berbagi percakapan mampu melakukan sesuatu seekstrem ini," tambah pria tersebut.
Pria tersebut juga menceritakan bagaimana ayah Tarrant, Rodner meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan asbes, ketika Tarrant masih duduk di bangku sekolah menengah.
Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur
Dia juga mengatakan bahwa, Tarrant masih memiliki saudari perempuan dan seorang ibu yang masih hidup.
Sebelum melakukan tindakan keji ini, Tarrant mengklaim dalam manifestonya bahwa ia memiliki kontak singkat dengan Breivik, si pembunuh massal Norwegia yang menginspirasi serangannya.
Tarrant tumbuh di kota kecil Grafton, New South Wales yang memiliki populasi 19.000.
Mengaku mulai merencanakan serangan terhadap muslim dua tahun lalu dan memilih lokasi yang ditargetkan tiga bulan lalu.
Terlepas dari itu, Selandia Baru adalah negara yang sangat damai tingkat pembunuhan tahunan rata-rata di Selandia Baru dari 2007-17 adalah 47.
Angka yang cukup sedikit dan bahkan kurang dari jumlah yang tewas dalam pembantaian kemarin.
Baca Juga : Terobsesi Tokoh Sejarah, Ini Isi Lengkap Simbol dan Makna Teks pada Senjata Teroris di Selandia Baru