Advertorial

Benarkah Lebih Banyak Wanita yang Kena Serangan Jantung Daripada Pria?

Mentari DP

Editor

Ada peningkatan terkait serangan jantung untuk wanita usia 35 hingga 54, di mana dari 21% menjadi 31% selama dua dekade terakhir.
Ada peningkatan terkait serangan jantung untuk wanita usia 35 hingga 54, di mana dari 21% menjadi 31% selama dua dekade terakhir.

Intisari-Online.com – Selama 40 tahun terakhir, dokter telah menjadi jauh lebih baik dalam mengobati penyakit jantung.

Pada 1960-an, bukan hal yang aneh bagi orang dewasa untuk mati atau menjadi sangat cacat akibat serangan jantung.

Sebab, kejadian seperti itu sudah terjadi dalam dekade kelima hingga keenam lalu.

Penyakit jantung masih menjadi salah satu ‘pembunuh nomor satu’ di dunia.

Baca Juga : Pertama Dalam Sejarah, Semua Astronot yang Bertugas Akan Dilakukan oleh Wanita

Namun sekarang, angka tersebut bisa ditekan berkat obat-obatan yang lebih baru, teknik bedah yang ditingkatkan, dan pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini

Masyarakat secara keseluruhan juga lebih paham untuk mencegah penyakit jantung.

Namun ada satu info yang jarang diketahui semua orang mengenai penyakit jantung. Apa itu?

Sebuah studi 2018 di jurnal Circulation menemukan bahwa tingkat keseluruhan penyakit jantung di AS telah menurun 38% sejak tahun 1990.

Selain AS, angka kematian di negara-negara maju lainnya juga turun.

Tetapi peningkatan ini tidak menguntungkan semua orang secara setara.

Sebab, menurut para peneliti yang melakukan penelitian antara 1995 dan 2014, mereka menemukan bahwa angka-angka itu telah terus meningkat di antara orang berusia 35 hingga 54 tahun.

Baca Juga : Kisah Lansia Kakak Adik di Mamuju, Badan Kurus Kering Karena Tak Makan Berhari-hari

Khususnya pada wanita. Tercatat ada peningkatan secara signifikan dari sekitar 21% menjadi 31%.

Inilah yang membuat dokter berusaha mencari tahu mengapa wanita lebih sering menjadi korban.

Sebenarnya, para ilmuwan tidak dapat mengatakan dengan pasti apa yang menyebabkan peningkatan penyakit jantung di kalangan wanita, tetapi mereka memiliki catatan.

Pertama, menurut Melissa Caughey, PhD, seorang instruktur penelitian di UNC School of Medicine, mencatat bahwa hipertensi dan diabetes cenderung dikaitkan dengan obesitas.

“Dan wanita cenderung memiliki tingkat obesitas lebih tinggi daripada pria,” kata Caughey kepada Health pada Sabtu (9/3/2019).

Kedua, dibandingkan dengan para pria, para wanita lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat karena kondisi seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau stroke.

Ketiga, wanita cenderung mengalami serangan jantung yang berbeda dari laki-laki. Sehingga terkadang mereka tak tahu bahwa mereka mengalami serangan jantung.

Jadinya, dokter kesulitan untuk menyelamatkan nyawanya.

"Secara tradisional, serangan jantung digambarkan sebagai pria yang memegangi dadanya dan tiba-tiba jatuh dari kursinya," kata David Goff, MD, direktur Ilmu Kardiovaskular di Institut Jantung, Paru-Paru, dan Darah Nasional.

Baca Juga : 5 Fakta Unik Hari Raya Nyepi, Bali Bisa Hemat Solar Hingga Rp3 Miliar

"Tetapi serangan jantung jarang sedramatis itu, terutama bagi wanita."

“Wanita lebih cenderung melaporkan sakit punggung, mual, berkeringat, sakit kepala ringan, atau pusing.”

"Ketika terjadi gejala-gejala ini pada wanita, kenyataan mereka tidak memikirkan serangan jantung.”

"Wanita mungkin diberitahu bahwa itu kecemasan, refluks gastroesofagus, atau masalah lain.”

Apa yang perludilakukan?

Pertama, jangan merokok!

Apalagi beberapa studi mengatakan wanita lebih kecil kemungkinannya untuk merokok daripada rekan pria mereka dan lebih cenderung memiliki asuransi kesehatan.

Kedua, jangan terlalu fokus untuk diet. Apalagi jika dietnya bukanlah diet sehat.

Anda dapat meningkatkan gaya hidup dan mengurangi risiko penyakit jantung dengan melakukan lebih banyak aktivitas fisik, makan makanan yang lebih sehat, dan menghindari asap rokok.

Baca Juga : Makna di Balik Hari Raya Nyepi di Bali, Nyaris Tanpa Suara dan Gerak

Artikel Terkait