Advertorial

Waspada Bagi Anda yang Hobi Ngemil Karena Bisa Saja Turunkan Kekebalan Tubuh!

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Di sela waktu makan tiga kali sehari kita biasanya akan mengisi perut dengan makanan kecil atau camilan.
Di sela waktu makan tiga kali sehari kita biasanya akan mengisi perut dengan makanan kecil atau camilan.

Intisari-Online.com - Di sela waktu makan tiga kali sehari kita biasanya akan mengisi perut dengan makanan kecil atau camilan.

Kebiasaan ngemil sebenarnya bisa menyehatkan, tergantung jenis asupannya.

Pola makan tiga kali sehari menurut sejarah mulai muncul pada abad ke 18.

Tetapi manusia modern kini makan lebih sering daripada sebelumnya dan seringkali melebihi waktu makan.

Baca Juga : Kisah Tragis Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak

Manusia saat ini memiliki pola makan yang tidak menentu.

Kebanyakan orang bahkan lebih suka ngemil dari pada makan tiga kali pada waktu "yang umum".

Tubuh kita memiliki dua jenis metabolisme: puasa (tanpa makanan) dan pasca-makan.

Kondisi tubuh pasca makan merupakan fase penyerapan yang merupakan waktu aktif secara metabolik untuk tubuh.

Baca Juga : Salut, dengan Gaji Pas-pasan, Anggota Brimob Ini Berhasil Hidupi 64 Anak Yatim Selama 10 Tahun

Pada periode ini juga aktifinya sistem kekebalan tubuh. Peradangan akibat makan Ketika kita makan, kita tidak hanya menyerap nutrisi.

Tapi, kita juga memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan respon peradangan (inflamasi) transien.

Peradangan adalah respon normal tubuh terhadap infeksi dan cedera, yang memberikan perlindungan terhadap stressor.

Ini berarti setiap kali kita makan, apa yang kita konsumsi memberikan tingkat tekanan fisiologis pada sistem imun.

Baca Juga : Ingin Beli Kacamata Ditanggung BPJS Kesehatan? Catat Prosedurnya!

Bagi mereka yang ngemil sepanjang waktu, tubuh kemungkinan besar akan mengalami peradangan konstan.

Selama sekitar empat jam setelah makan, mikroba usus dan komponennya masuk ke dalam aliran darah dan diam-diam memicu peradangan oleh sistem kekebalan tubuh.

Peradangan yang seharusnya pelindung jangka pendek menjadi terus-menerus terjadi.

Peradangan setelah makan - yang dikenal sebagai "peradangan postprandial" terjadi secara konstan dan diperburuk oleh gaya hidup modern kita.

Baca Juga : Gara-gara Kecanduan Ponsel, Bocah 2 Tahun Ini Harus Jalani Operasi Mata, Peringatan untuk Orang Tua!

Misalnya saja mengasup makanan padat kalori, makan berlebihan, tinggi gula dan makanan lemak jenuh.

Sementara itu, peradangan postprandial persisten menimbulkan kerusakan kolateral berulang pada tubuh kita.

Ini yang sangat merugikan kesehatan kita dari waktu ke waktu.

Peradangan kronis tingkat rendah muncul sebagai akibat banyaknya penyakit yang berhubungan dengan penyakit non-infeksi, seperti penyakit jantung dan diabetes tipe 2.

Baca Juga : Dulu Dicampakkan, Kini Buah Ceplukan Jadi Buruan, Harganya Selangit!

Mengurangi frekuensi makan melalui puasa intermiten atau mengatur waktu makan, akan berdampak positif pada kesehatan.

Cara ini juga membantu menurunkan berat badan dan risiko penyakit metabolik, seperti diabetes.

Makan terlalu malam juga dikaitkan dengan peningkatan kolesterol dan glukosa, serta dapat membuat resistensi insulin yang dalam jangka panjang memicu diabetes.

Ini membuat kita merasa lebih lapar keesokan harinya.

Jadi, sebaiknya kita hanya perlu mengurangi porsi makan, dengan makanan yang lebih memuaskan dan memicu rasa kenyang.

Baca Juga : Penelitian: Perempuan Paling Menyenangkan adalah Mereka yang Bertubuh Gemuk, Bukan yang Bertubuh Langsing Bak Model

Artikel ini telah tayang di Kompas.com olehAriska Puspita Anggraini dengan judul "Hobi Ngemil Bisa Menurunkan Kekebalan Tubuh"

Artikel Terkait