Advertorial
Intisari-online.com - Anda pasti tahu gejala keracunan makanan: rasa dingin membasahi seluruh tubuh, sakit perut, hingga akhirnya membuat Anda bolak-balik ke kamar mandi.
Namun, apa yang sebenarnya terjadi ketika Anda keracunan makanan?
Penelitian yang dipublikasikan belum lama ini memberikan penjelasan terkait hal tersebut. Setidaknya untuk satu jenis bakteri yang bisa menyebabkan keracunan.
Sekelompok tim ilmuwan dari Australian National University berhasil melihat bagaimana tubuh merespons bakteri Bacillus cereus–si penyebab keracunan makanan dan terkadang menimbulkan infeksi serius pada tubuh, termasuk sepsis, pneumonia, dan meningitis.
Menurut Anukriti Mathur, pemimpin studi, memahami bagaimana racun diproduksi oleh bakteri dan mengapa ia menyebabkan peradangan, dapat membantu mengatasi keracunan makanan.
Diketahui bahwa racun yang dikeluarkan oleh bakteri mengikat langsung ke sel tubuh manusia.
Lubang di sel pun tertekan agar bisa membunuh mereka, dan itu akan memicu respons imun.
Lalu, mengapa tekanan di lubang sel pada akhirnya membuat kita bolak-balik ke toilet saat keracunan makanan?
Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!
Dr Vincent Ho, ahli gastroenterologi dari University of Western Sydney yang tidak terlibat dalam penelitian, menyatakan bahwa hal itu ada hubungannya dengan bagian-bagian dari sistem saraf yang menjadi sasaran racun bakteri.
Bacillus cereus memproduksi lebih dari 12 racun berbeda. Salah satunya memicu muntah dan yang lainnya menyebabkan diare.
Racun penyebab muntah–disebut dengan cereulide–berkaitan dengan reseptor serotonin di lambung dan usus kecil yang merangsang saraf vagus (saraf pengendali gerakan otot di usus).
"Sinyal dari usus pun kemudian naik ke pusat otak yang mengatur rasa ingin muntah," kata Dr Ho.
Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur
"Hal ini juga terjadi pada diare. Racun menyebabkan stimulasi langsung di usus kecil, kemudian memicu respons reaktif yang biasa disebut refleks gastro-kolik.
Racun merangsang reseptor di lapisan usus sehingga menimbulkan lebih banyak gerakan otot di usus kecil dan besar," paparnya.
Bacillus cereus dapat ditemukan di sayuran, nasi, pasta, daging, dan ikan yang disimpan pada suhu yang salah dalam waktu yang lama.
Dr Ho menjelaskan, bakteri cenderung berkembang biak dengan cepat pada suhu 32 hingga 43 derajat celsius.
Baca Juga : Seperti Inilah Penampakan Puncak Gunung Krakatau Ketika Mengeluarkan Awan Panas dari Jarak 'Sangat Dekat'
"Jika Anda memiliki 100 bakteri pada sedikit makanan di jam 8 pagi, itu bisa berlipat ganda–katakanlah setiap 20 menit sekali.
Bayangkan, pada jam 2 siang, Anda sudah memiliki lebih dari 26 juta bakteri di makanan tadi," tuturnya.
Hal ini sangat penting karena keracunan makanan sangat bergantung pada dosis. Artinya, semakin banyak bakteri yang dikonsumsi, semakin besar kemungkinan Anda mengalami sakit.
Artikel ini pernah tayang di National Geographic Indonesia dengan judul Apa yang Terjadi Pada Tubuh Saat Mengalami Keracunan Makanan?