Advertorial

Pagi Ini, Status Gunung Anak Krakatau Naik Jadi Siaga, Radius Berbahaya Meluas Jadi 5 Km

Intisari Online
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

PVMBG telah menaikkkan status Gunung Anak Krakatau dari Waspada menjadi Siaga, dengan zona berbahaya diperluas dari 2 kilometer menjadi 5 kilometer.
PVMBG telah menaikkkan status Gunung Anak Krakatau dari Waspada menjadi Siaga, dengan zona berbahaya diperluas dari 2 kilometer menjadi 5 kilometer.

Intisari-Online.com -Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda terus meningkat.

Untuk itu, PVMBG Badan Gelologi Kementerian ESDM telah menaikkkan status Gunung Anak Krakatau dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III), dengan zona berbahaya diperluas dari 2 kilometer menjadi 5 kilometer.

Masyarakat dan wisatawan dilarang melakukan aktivitas di dalam radius 5 kilometer dari puncak kawah Gunung Anak Krakatau.

Naiknya status Siaga (Level III) ini berlaku terhitung mulai Kamis (27/12) pukul 06.00 WIB.

Baca Juga : BNPB Nyatakan Letusan Gunung Anak Krakatau Tidak akan Sebesar Letusan Gunung Krakatau pada 1883, Ini Penyebabnya

Berdasarkan data PVMBG, Gunung Anak Krakatau aktif kembali dan memasuki fase erupsi mulai Juli 2018.

Erupsi selanjutnya berupa letusan-letusan Strombolian yaitu letusan yang disertai lontaran lava pijar dan aliran lava pijar yang dominan mengarah ke tenggara. Erupsi yang berlangsung fluktuatif.

Pada Sabtu (22/12) terjadi erupsi namun tercatat skala kecil, jika dibandingkan dengan erupsi periode September-Oktober 2018.

"Hasil analisis citra satelit diketahui lereng barat-baratdaya longsor (flank collapse) dan longsoran masuk ke laut. Inilah kemungkinan yang memicu terjadinya tsunami," kata Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam siaran persnya, Kamis (27/12).

Baca Juga : Tsunami Banten: Letusan Dahsyat Gunung Krakatau 1883 Ternyata Jadi 'Kunci Jawaban' Tenggelamnya Atlantis yang Misterius

Sejak Sabtu (22/12), diamati adanya letusan tipe Surtseyan yaitu alira lava atau magma yang keluar kontak langsung dengan air laut.

Hal ini berarti debit volume magma yang dikeluarkan meningkat dan lubang kawah membesar.

Kemungkinan terdapat lubang kawah baru yang dekat dengan ketinggian air laut. Sejak itulah letusan berlangsung tanpa jeda. Gelegar suara letusan terdengar beberapa kali per menit.

Saat ini aktivitas letusan masih berlangsung secara menerus, yaitu berupa letusan Strombolian disertai lontaran lava pijar dan awan panas.

Pada Rabu (26/12) terpantau letusan berupa awan panas dan Surtseyan. Awan panas ini yang mengakibatkan adanya hujan abu.

Dominan angin mengarah ke baratdaya sehingga abu vulkanik menyebar ke baratdaya ke laut.

Adanya beberapa lapisan angin pada ketinggiaan tertentu mengarah ke timur menyebabkan hujan abu vulkanik tipis jatuh di Kota Cilegon dan sebagian Serang pda 26/12/2018 sekitar pukul 17.15 WIB.

Ini tidak berbahaya. Abu vulkanik justru menyuburkan tanah.

Baca Juga : 'Tsunami' Banten Diduga Dipicu Erupsi Anak Krakatau: Letusan 'Ibunya' 10.000 Kali Lebih Dahsyat dari Bom Atom Hiroshima

Masyarakat agar mengantisipasi menggunakan masker dan kacamata saat beraktivitas di luar saat hujan abu.

Pengamatan Gunung Anak Krakatau selama 27/12/2018 pukul 00.00 – 06.00 WIB, aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau masih berlangsung, tremor menerus dengan amplitude 8-32 milimeter (dominan 25 milimeter), dan terdengar dentuman suara letusan.

PVMBG merekomendasikan masyarakat dan wisatawan dilarang melakukan aktivitas di dalam radius 5 km dari puncak kawah karena berbahaya terkena dampak erupsi berupa lontaran batu pijar, awan panas dan abu vulkanik pekat.

Di dalam radius 5 km tersebut tidak ada permukiman.

Sementara itu BMKG merekomendasikan, masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di pantai pada radius 500 meter hingga 1 kilometer dari pantai untuk mengantisipasi adanya tsunami susulan.

Tsunami yang dibangkitkan longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

(Handoyo)

Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Status Gunung Anak Krakatau menjadi siaga, radius berbahaya diperluas menjadi 5 km".

Baca Juga : Diduga Jadi Penyebab Tsunami Banten, Gunung Krakatau Ternyata Raih Volcano Cup 2018, Pilihan para Vulkanolog