Advertorial
Intisari-Online.com – Ketika kita sedang berusaha menurunkan berat badan, hampir semua nasihat dari orang kita percaya agar target cepat tercapai.
Sayangnya, seringkali tips atau nasihat itu cuma mitos. Padahal, jika pemahaman kita salah, bukannya turun berat badan justru tubuh jadi tidak sehat.
Ketahui apa saja mitos seputar proses penurunan berat badan yang tidak perlu lagi kita percayai.
Baca Juga : Misteri 'Seven Society Club,' Kelompok Rahasia yang Gemar Berperilaku Boros
1. Makan malam bikin gemuk
Makan terlalu larut sering dikaitkan dengan kenaikan berat badan. Padahal, memberi batas waktu makan tak menjamin kita sukses menurunkan berat badan.
Faktanya, membuat batasan jam waktu makan tidak sejalan dengan gaya hidup modern karena banyak orang seringkali baru tiba di rumah pada jam yang terlalu sore untuk mengikuti pola tersebut.
Hal itu dijelaskan oleh ahli gizi klinik dari Hackensack University Medical Center di New Jersey, Susan Kraus.
"Masalahnya adalah pada apa dan bagaimana caramu makan," kata Kraus.
Setelah sehari penuh bekerja, kita layak "menghadiahi" diri kita makanan.
Selain itu, bisa saja seharian kita belum mendapatkan makanan yang layak nutrisinya sehingga perlu mengganjarnya sepulang kerja.
Pada intinya, aturlah strategi makanmu dan hati-hati dengan porsi makan di malam hari.
Makan sedikit pada waktu makan malam akan membuat kita terhindar dari kelaparan. Sebab kelaparan di malam hari bisa memicu kita untuk makan lebih banyak.
2. Makanan rendah lemak lebih baik
Banyak orang melihat label pada kemasan produk dan mencari apakah produk tersebut rendah lemak atau bebas lemak.
Masih banyak yang berpikir bahwa makanan dengan label rendah lemak lebih baik dan lebih sehat.
Ahli gizi tersertifikasi Grace Derocha mengatakan, seringkali makanan berlabel bebas lemak tersebut justru mengandung kalori tinggi.
Ketika lemak dihilangkan dari sebuah proses pengolahan makanan, seringkali kita harus mengisinya dengan bahan makanan lainnya.
Bahan makanan lain yang biasa digunakan adalah gula, pengganti gula, atau sodium. Maka penting bagi kita untuk membaca label dan memilih pilihan produk yang lebih sehat.
American Heart Association merekomendasikan pembatasan asipan lemak tidak lebih dari 5-6 persen total kalori (sekitar 11-13 gram lemak per hari sesuai dengan 2.000 kalori per hari).
Memotong asupan lemak tapi menggantinya dengan konsumsi produk rendah lemak dan tinggi gula justru bisa menaikkan berat badan, menimbulkan kerusakan hati dan peradangan otak.
Derocha juga menyarankan agar kita berhati-hati dengan label "bebas gula" karena produk tersebut tidak selalu bebas karbohidrat.
3. Makan banyak karbohidrat bikin gemuk
Kenaikan berat badan dipicu oleh konsumsi terlalu banyak kalori, tidak hanya dari karbohidrat.
Karbohidrat adalah makanan penting karena mengandung nutrisi sehat dan bisa mengisi energi pada tubuh kita.
Rekomendasinya adalah konsumsi karbohidrat sekitar 45-65 persen dari total kalori per hari. Karbohidrat tak selalu nasi putih atau mi.
Kita bisa menggantinya dengan buah-buahan, biji-bijian utuh, nasi merah, oatmeal, kacang, dan lainnya.
Baca Juga : Wah, Makanan Tinggi MSG Ternyata Sebabkan Muka Bengkak dan Sembab
4. Melewatkan sarapan bisa turunkan berat badan
Jika kamu memang bukan orang yang terbiasa sarapan, tak perlu memaksakan diri untuk makan di pagi hari. Namun, melewatkan sarapan biasanya membuat seseorang kelaparan di siang harinya.
"Padahal, melewatkan sarapan bisa menyebabkan stres. Kamu akan terus memikirkan makanan. Kamu 'memasang' mode diet, tapi justru mendapatkan perasaan negatif," kata Krauss.
Penelitian menunjukkan bahwa melewatkan sarapan memberi banyak efek buruk bagi tubuh. Seperti kenaikan berat badan dan peningkatan level kolesterol.
Derocha menambahkan, melewatkan sarapan memang bisa menekan asupan kalori harian, namun pada jangka panjang akan memperlambat metabolisme tubuh.
5. Suplemen diet bisa cepat turunkan berat badan
Beberapa orang mengkonsumsi suplemen untuk bisa mempercepat penurunan berat badan.
Mulai dari suplemen berbentuk pil, bubuk, cair, atau batangan. Sekitar 15 persen orang dewasa di Amerika Serikat mengkonsumsi suplemen diet.
Padahal, jalan itu bukanlah solusi baik untuk penurunan berat badan jangka panjang sebab akan menimbulkan yo-yo diet.
Pola tersebut justru berpotensi meningkatkan risiko penyakit kardiometabolik.
Konsumsi suplemen diet hanya memalsukan penurunan berat badan dan meningkatkan potensi kembali meningkatkan berat badan. Hal ini berkebalikan dengan konsep pola hidup sehat yang konsisten.
Menurut Derocha, banyak suplemen mengandung bahan yang membuat konsumennya merasakan efek kafein.
Hal ini buruk bagi jantung dan bisa menimbulkan gangguan tidur.
"Kurang tidur akan meningkatkan kortisol, hormon yang memicu kenaikan berat badan atau lemak perut," kata dia.
Baca Juga : Inilah Daftar Orang Paling Kuat di Dunia Tahun 2018 Versi Forbes, Indonesia Ada lho!
6. Makan banyak porsi kecil lebih baik daripada satu porsi besar
Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Obesitas menemukan bahwa porsi makan kecil tidak lantas membuat berat badan kita turun atau menimbulkan rasa puas.
Jadi, porsi makan tergantung ada kebutuhan kita. Menurut ahli gizi yang memiliki spesialisasi di bidang penurunan berat badan dan kebugaran, Lisa Zucker, RDN, tidak ada resep pasti untuk makan.
Jadi, pastikan kita menyesuaikannya dengan gaya hidup masing-masing. Kebanyakan orang yang enggan memikirkan darimana sumber makanan mereka selanjutnya.
Sehingga merencanakan lima porsi makan kecil membuat mereka obsesi dengan makanan. Namun, beberapa orang lainnya merasa nyaman mengetahui bahwa mereka akan makan setiap jamnya.
"Tubuh kita pada dasarnya butuh makan setiap sekitar empat atau enam jam sekali," kata Zucker.
Jarak makan yang lebih panjang kemudian akan membuat kita makan terlalu banyak.
7. Tak perlu diet jika berat badan ideal
Indeks massa tubuh (BMI) adalah patokan yang cukup ideal karena mengkombinasikan tinggi dan berat badan.
Namun, ukuran ini tidak akurat bagi setiap orang.
Ahli gizi tersertifikasi dari Seattle, Ginger Hultin, MS, RDN menyebutkan, ketika seseorang memiliki angka BMI yang sehat namun memiliki ukuran pinggang yang terus bertambah, maka orang tersebut berisiko mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah.
Kita bisa juga memiliki angka BMI di atas standar namun tetap sehat dan tak perlu memikirkan penurunan berat badan.
Hultin merekomendasikan agar kita tidak hanya menjadikan angka BMI sebagai patokan, namun melihat pola hidup secara keseluruhan.
Jika ingin mengetahui pola makan yang tepat untuk kebutuhan kita, konsultasikan dengan ahli gizi.(Nabilla Tashandra)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "8 Mitos Diet yang Tak Perlu Lagi Dipercaya")
Baca Juga : Geger, Semua Orang Menjadi 'Gila' Gara-gara Hujan Uang Rp 100 Ribuan!