Advertorial
Intisari-Online.com – Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, pada Juni 2018 di Singapura menjadi salah satu momen yang tak terlupakan di tahun 2018.
Bagaimana tidak, kedua pemimpin negara yang dikenal memiliki pasukan militer yang kuat serta nuklir ini bertemu untuk membahas denuklirisasi.
Belum lagi fakta bahwa Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut) tidak pernah akur.
Tak heran, beberapa orang di dunia berharap pertemuan tersebut dapat merapatkan hubungan antara AS dan Korut.
Baca Juga : Hari Disabilitas Internasional: 6 Tokoh Disabilitas yang Buktikan Bahwa Semua Impian Bisa Jadi Kenyataan
Hanya saja, hubungan keduanya diberitakan mendadak tidak baik lagi.
Hal ini didasarkan beberapa informasi, seperti Korut tidak jadi denuklirisasi atau sebaliknya.
Karenanya beberapa pihak pun bingung dengan hubungan AS dan Korut.
Nah, menanggapi berbagai tanggapan dunia atas hubungan AS dan Korut, pada KTT G20 di Buenos Aires, Argentina kemarin Presiden Donald Trump mengatakan hubungannya dengan Kim berjalan baik.
"Kami bergaul dengan sangat baik," kata Trump kepada wartawan di Air Force One selama perjalanan kembali dari KTT G20 di Buenos Aires, Argentina seperti dilansir dari CNN pada Sabtu (1/12/2018).
"Saya juga memiliki hubungan yang baik dengan Kim."
Baca Juga : Malam Pertama Tak Keluar Darah, Wanita Ini Diceraikan Suami Karena Dianggap Tak Perawan Lagi
Tidak hanya menegaskan hubungannya dengan Kim, Presiden Trump juga menjelaskan bahwa ada kemungkinan ia bertemu lagi dengan Kim.
Pertemuan kedua pemimpin negara ini kemungkinan akan berlangsung pada quarter pertama tahun 2019 antara bulan Januari atau Februari.
Hanya saja, lokasi pertemuannya belum bisa dipastikan. Namun kemungkinan besar, lokasi pertemuan kedua adalah lokasi baru dan netral.
Seperti yang diketahui, keduanya bertemu di Singapura.
Negara tetangga Indonesia ini disebut sebagai lokasi netral pertemuan kedua pemimpin negara.
Pernyataan Presiden Trump ini tak lama setelah ia berjumpa dengan Presiden China, Xi Jinping.
Bersama Presiden Xi, keduanya membahas beberapa masalah yang termasuk pembekuan sementara pada tarif yang lebih tinggi, reklasifikasi fentanyl sebagai zat yang dikendalikan, dan semenanjung Korea Utara.
Baca Juga : Meski Dituding Langgar Resolusi PBB, Iran Tetap Lanjutkan Uji Coba Rudal Balistik
“Pertemuan keduanya disepakati sebagai kemajuan besar dalam hubungan ketiga negara dan keinginan untuk melihat Semenanjung Korea bebas nuklir,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan resmi.
Jika benar-benar terjadi, maka pertemuan kedua akan kembali menjadi pertemuan diplomatik yang resmi.
Sebab, dalam beberapa waktu, Washington dan Pyongyang tidak banyak mengeluarkan pernyataan terjadi hubungan diplomatik kedua negara.
Contoh, bulan lalu, Wakil Presiden Mike Pence mengatakan AS tidak akan meminta Korea Utara untuk menyediakan daftar lengkap dari situs nuklir dan rudalnya.
Ucapan Wakil Presiden Pence bukan tanpa alasan. Sebab, ada beberapa gambar satelit yang memperlihatkan Korut sedang bekerja di pangkalan rudal mereka.